Poskaltim.id, Samarinda – Keunggulan pariwisata di Kalimantan Timur (Kaltim) adalah pariwisata konservasi yang terdiri dari hutan dan satwa penghuninya. Keunggulan pariwisata konservasi ini mampu menarik wisatawan dalam dan luar negeri karena sifatnya wisata minat khusus.
Wakil Ketua Komisi IV DPRD Kaltim, Puji Setyowati menilai adanya potensi yang menarik dari pengembangan sektor pariwisata berkonsep konservasi tersebut. Dirinya berpendapat, konsep pariwisata konservasi dan ecotourism tersebut sangat menarik minat para wisatawan untuk melancong ke Kaltim.
“Dalam upaya mengembangkan konservasi tersebut bukan menjadi hal yang sulit untuk dilakukan terlebih akan faktor tersedianya keanekaragaman hayati di Kaltim. Pengembangan tersebut sangat memungkinkan untuk dilakukan,” ujarnya pada Rabu (15/11/2023).
Puji mengatakan pengembangan wilayah konservasi di Kaltim pun dapat dengan mudah dilakukan karena beberapa kabupaten seperti Kutai Barat, Mahakam Ulu dan Berau masih memiliki hutan dan satwa yang dilindungi Undang-Undang.
Selain itu dengan penerapan pariwisata konservasi akan dapat menjadi upaya untuk melestarikan flora dan fauna yang ada selain berpotensi sebagai tempat wisata baru.
Hal ini mendapatkan tanggapan positif dari Komisi IV DPRD Kaltim yang sangat mendukung dan mendorong Dinas Pariwisata Kaltim untuk terus meningkatkan jenis pariwisata konservasi ini di kabupaten/kota.
Puji berpendapat bahwa sektor pariwisata berkonsep konservasi akan menarik perhatian wisatawan lokal maupun mancanegara jika diterapkan dengan baik. Oleh sebab itu, perlu ada perencanaan yang matang dan keseriusan semua pemangku kepentingan termasuk masyarakat.
“Ada beberapa konservasi yang sudah terbangun di Kaltim. Itu selalu mengundang minat wisatawan,” ungkapnya.
Sebagai contoh yang disampaikan Puji yaitu penangkaran buaya di Makroman, Samarinda. Salah satu politisi dari Partai Demokrat tersebut menjelaskan akan ada banyak manfaat yang ditimbulkan dari kegiatan konservasi di penangkaran tersebut.
Dikatakannya, manfaat yang disebutkan meliputi pengembangbiakkan hewan liar dengan populasi yang saat ini terus berkurang, terlebih lagi penangkaran buaya pun dapat dijadikan sebagai media dalam penelitian ilmiah dan pengembangan ilmu pengetahuan.
“Bisa juga menjadi tempat wisata. Sebab tidak semua orang bisa melihat buaya di alam liar. Belum lagi kalau di alam liar, ada potensi bahaya yang lebih besar,” lanjutnya.(Mel/Adv/DPRDKaltim)