Kegiatan Pameran Konservasi Indonesia Maju: Konservasi untuk Kini dan Masa Depan Generasi pada 9-10 September 2023 di Mall Sarinah, Jakarta., pada Sabtu (9/9/2023).

Memelihara Satwa Liar Bertentangan dengan Kesejahteraan Satwa

Poskaltim.id, Jakarta – Kepala Divisi Profesi Asosiasi Dokter Hewan Satwa Liar, Akuatik, dan Hewan Eksotik Indonesia (ASLIQEWAN), drh. Nur Purba Priambada, menyebutkan memelihara satwa liar bertentangan dengan kesejahteraan satwa, yang mana berpotensi membuat satwa stres, sakit, dan mudah tertular penyakit.

Hal tersebut dikatakan drh. Nur Purba Priambada pada kegiatan Pameran Konservasi Indonesia Maju: Konservasi untuk Kini dan Masa Depan Generasi pada 9-10 September 2023 di Mall Sarinah, Jakarta., pada Sabtu (9/9/2023).

“Sudah saatnya masyarakat stop menormalisasi aktivitas pemeliharaan satwa liar demi menjaga keseimbangan ekosistem serta keberlanjutan dan kelestarian alam, untuk kehidupan manusia yang lebih baik,” ujar drh. Purbo, panggilan akrabnya.

Ditambahkannya, memelihara satwa liar  dapat menularkan penyakit zoonosis (penyakit yang dapat menular dari hewan ke manusia dan sebaliknya). Perlu diingat dalam sejarah umat manusia bahwa mayoritas wabah penyakit mematikan yang terjadi adalah penyakit zoonosis seperti rabies, pes, flu burung, ebola, anthrax, SARS, hingga Covid-19.

Pelibatan masyarakat khususnya generasi muda merupakan kunci bagi keberhasilan pelestarian satwa liar beserta habitatnya. Generasi muda memainkan peran penting sebagai tombak perubahan. Hal tersebut dapat diwujudkan dengan terlibat aktif dalam mendukung perubahan di lingkungan masyarakat menuju arah yang lebih baik.

Salah satu kekuatan generasi muda yaitu aktif di media sosial dan cepat viral. Banyak cara untuk terlibat dalam pelestarian satwa liar beserta habitatnya, aksi paling sederhana yaitu melakukan penyadartahuan (awareness), edukasi dan kampanye tentang satwa liar bukan hewan peliharaan di media sosial.

Kepala Divisi Profesi Asosiasi Dokter Hewan Satwa Liar, Akuatik, dan Hewan Eksotik Indonesia (ASLIQEWAN), drh. Nur Purba Priambada mengatakan emelihara satwa liar bertentangan dengan kesejahteraan satwa, yang mana berpotensi membuat satwa stres, sakit, dan mudah tertular penyakit.

‘Tidak hanya itu, aksi tak kalah penting yang perlu dilakukan adalah tidak menjadikan satwa liar sebagai hewan peliharaan. Gerakan ini dapat memberikan motivasi dan inspirasi kepada masyarakat khususnya generasi muda agar terlibat lebih aktif dalam pelestarian satwa liar dan habitatnya di sekitar mereka,” ujarnya.

Di tempat terpisah, sebagai sponsor utama pameran ini, Chief Sustainability Officer APP Sinar Mas, Elim Sritaba mengatakan pihaknya sejak tahun 2013 sudah menerapkan Kebijakan Konservasi Hutan atau Forest Conservation Policy (FCP) yang diimplementasikan di seluruh rantai pasok usaha pulp dan kertas APP Sinar Mas. Salah satunya dengan melakukan kajian dan mengelola areal-areal High Conservation Value (HCV) dan High Carbon Stock (HCS) di dalam operasional Hutan Tanaman Industrinya. Jadi, kegiatan pameran ini sangat sejalan dengan implementasi kebijakan FCP.

“APP Sinar Mas berkomitmen turut serta melindungi keanekaragaman hayati yang berada di lokasi operasional kami dengan menjalankan berbagai upaya mitigasi, perlindungan dan juga peningkatan kapasitas termasuk bekerja sama dengan para pemangku kepentingan mendukung program pemerintah dibawah kepemimpinan KLHK” tegas Elim.

Menurut Dokumen Rencana Aksi dan Strategi Biodiversitas Indonesia (IBSAP) 2015-2020, Indonesia sebagai rumah bagi 10 persen tumbuhan berbunga, 15 persen serangga, 25 persen ikan, 16 persen amfibia, 17 persen burung, dan 12 persen mamalia dari seluruh yang ada di dunia.

Indonesia memiliki sekitar 28.000 spesies tumbuhan berbunga (urutan ke-7 dunia), 122 spesies kupu-kupu sayap burung (urutan ke-1 dunia yang mana 44 persennya merupakan spesies endemik), 409 spesies amfibi (urutan ke-5 dunia), 755 spesies reptilia (urutan ke-3 dunia), 1.818 spesies burung (28 persen di antaranya  endemik) dan 776 spesies mamalia (36 persen di antaranya endemik).

Turut hadir tokoh publik dan praktisi konservasi satwa liar sebagai narasumber yang memiliki pengalaman dan terlibat aktif dalam penyadartahuan (awareness), edukasi dan kampanye pelestarian satwa liar beserta habitatnya di Indonesia yaitu TuanTigaBelas, musisi (rapper); Fade2Black, BOSF Awareness Campaigner; Gita Syahrani, Penggiat Gotong Royong – Kepala Sekretariat Lingkar Temu Kabupaten Lestari (LTKL) 2017 – 2023; drh. Nur Purba Priambada (vet), Kepala Divisi Profesi ASLIQEWAN, Davina Veronica, BOSF Awareness Campaigner; dan Ramon Y.Tungka, Explorer & Environmentalist.(*)

 

 

 

About Redaksi

Check Also

Universitas Pakuan dan Belantara Foundation Tingkatkan Literasi Biodiversitas Siswa SMA di Kabupaten Bogor

Poskaltim.id, Bogor — Prodi Manajemen Lingkungan Sekolah Pascasarjana, Prodi Biologi dan Prodi Ilmu Komputer Fakultas …

Peringati Hari Habitat Sedunia 2024, Belantara Foundation Gandeng Mitra Sektor Swasta Jepang Tanam Pohon di Tahura SSH Riau

Poskaltim.id, RIAU —  Belantara Foundation menggandeng mitra sektor swasta Jepang menanam bibit pohon secara simbolis …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *