Poskaltim.id, Samarinda — Sebanyak 21 ton rumput laut yang telah dikeringkan atau dried Eucheuma Cottoni Seawed asal Kalimantan Timur bernilai Rp210 juta berlayar ke negeri gingseng, Korea Selatan. Ekspor perdana dari Kaltim dengan tujuan Kota Busan, untuk memenuhi pasokan bahan baku industri makanan, kosmetik, obat-obatan dan lain-lain.
Kementerian Pertanian melalui Karantina Pertanian Samarinda melaporkan rumput laut asal Kaltim tersebut berhasil menembus pasar Korea Selatan untuk pertama kalinya.
“Komoditas perikanan dan kelautan ini kami lakukan tindakan karantina sesuai dengan persyaratan negara tujuan. Setelah dipastikan sehat dan aman kami terbitkan sertifikat karantina atau phytosanitary certificate,” ujar Kepala Karantina Pertanian Samarinda, Agus Sugiyono dalam rilis yang diterima redaksi Poskaltim.id, Kamis pagi (16/7)
Agus mengapresiasi munculnya ragam komoditas ekspor baru asal Kaltim seperti rumput laut kering, bungkil kelapa sawit dan lainnya. Selama ini, Karantina Pertanian Samarinda mencatat fasilitasi ekspor lebih dominan bergerak pada komoditas perkebunan dan kehutanan seperti Plywood atau kayu lapis, kayu Keruing Vace Veneer, karet dan hasil sampingan bungkil kelapa sawit.
“Semoga ini memberi angin segar bagi munculnya eksportir-eksportir baru lainnya dari Kaltim,” harapnya.
Agus juga menjelaskan jika pengeringan rumput laut masih dilakukan secara manual dengan bantuan sinar matahari, mengingat masih dalam jumlah yang sedikit. Pengeringan ini membutuhkan waktu 1-2 jam saat cuaca cerah tergantung tingkat kadar air yang dikandung.
“Pengeringan yang dilakukan dapat meminimalisir kemungkinan masih adanya organisme pengganggu tumbuhan (OPT) pada komoditas tersebut. Untuk memastikannya, harus dilakukan pemeriksaan fisik dan kesehatan rumput laut tersebut. Apalagi rumput laut kering ini akan menjadi sebagai bahan baku pembuatan bahan makanan, obat-obatan, kosmetik dan lain sebagainya,” jelas Agus.
Sementara itu, Kepala Badan Karantina Pertanian (Barantan), Ali Jamil secara terpisah menyebutkan bahwa sejalan dengan Gratieks, Gerakan Tigakali lipat Ekspor yang digagas oleh Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo, pihaknya selaku fasilitator pertanian di perdagangan internasional melakukan sinergisitas dengan berbagai pihak.
Pembangunan pertanian berkelanjutan ditujukan untuk peningkatan kesejahteraan petani. Dengan produktivitas dan mutu hasil pertanian yang tinggi tidak saja mampu memenuhi kebutuhan dalam negeri namun juga diharapkan memiliki daya saing tinggi di pasar global.
“Percepatan layanan dan jaminan akseptabilitas atau keberterimaan produk pertanian di luar negeri menjadi fokus Barantan dalam mendorong ekspor,” tegas Jamil.(Yuliawan Andrianto)