Poskaltim.id, Samarinda – Gerakan Ekonomi Kreatif (Gekrafs) Kalimantan Timur mengadakan Rapat Kerja Wilayah (Rakerwil) tahun 2022. Rakerwil ini diisi dengan dialog ekonomi kreatif menyambut Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara, khususnya industri hilirisasi ekonomi kreatif.
Rakerwil yang diikuti ratusan pelaku ekonomi kreatif se-Kaltim secara offline dan online melalui aplikasi zoom meeting, berlangsung di Gedung Serbaguna Kantor Diskominfo Kaltim Jalan Basuki Rahmat nomor 41 Samarinda, pada hari Minggu, (19/06/2022).
Dialog menghadirkan narasumber Direktur Musik, Film dan Animasi Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf RI) Dr. Amin Abdullah dan Arief Ardinugroho selaku Entrepreneur Co Founder KIRIMINAJA sebuah platform ekspedisi pengiriman paket. Selain itu, turut menjadi narasumber Kadiskominfo Muhammad Faisal dan Ketua DPW Gekrafs Kaltim, Aji Mirza Hakim.
Direktur Musik, Film dan Animasi Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf RI) Amin Abdullah, menyampaikan seiring dengan pengesahan Undang-Undang Nomor 24 tahun 2019 tentang Ekonomi Kreatif disahkan Presiden Joko Widodo pada tanggal 24 Oktober 2019, pada tahun 2020 sektor ekonomi kreatif terus mendongkrak pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Menurutnya, terdapat 17 sub sektor ekonomi kreatif, seperti kuliner, kriya, musik, fesyen, aplikasi, seni rupa, TV dan radio, penerbitan, design interior, pertunjukan seni, fotografi, film animasi dan video, Periklanan, arsitektur, permainan interaktif, desain komunikasi visual, dan desain produk.
Nilai PDB Ekonomi Kreatif Indonesia, dibandingkan tahun 2020 yang sempat terkontraksi 1,70 persen, maka di tahun 2021 nilai PDB sektor Ekonomi Kreatif Indonesia tumbuh 4,04 persen. Sektor ekonomi kreatif tahun 2020 menampung 19,39 juta tenaga kerja di Indonesia, dengan didominasi oleh gen Z dan milenial (rentang usia 25-40 tahun) dengan komposisi sebesar 39,20 persen.
“Dengan laju pertumbuhan tertinggi ada di sub sektor televisi dan radio (9,48%), aplikasi dan game (9,17%), dan arsitektur (7,23%),” ujar Amin Abdullah.
Dijelaskan, ekonomi kreatif merupakan perwujudan nilai tambah dari kekayaan intelektual yang bersumber dari kreativitas manusia yang berbasis warisan budaya, ilmu pengetahuan, dan teknologi. Nilai tambah adalah pertambahan nilai suatu komoditas melalui kreativitas, atau nilai tambah adalah selisih antara nilai produksi (output) dengan nilai dari biaya untuk proses produksi (input).
Ia mencontohkan, pengusaha kacang telur membuat produk dengan bahan kacang, terigu, telur, bawang putih, garam, dan lain-lain sebagai bahan bakunya dengan harga Rp 750. Menjualnya menjadi kacang telur dengan kemasan dengan harga Rp 1.000.
“Nilai tambahnya adalah sebesar Rp 1.000 dikurangi Rp750 sama dengan Rp 250,” kata Amin.
Lebih lanjut, Direktur MFA Kemenparekraf RI ini menjelaskan, pentingnya pemahaman Ekosistem Ekonomi Kreatif bagi berbagai pihak, terutama pelaku ekonomi kreatif agar bisnis yang dibangun bisa berkelanjutan.
“Keterhubungan sistem yang mendukung rantai nilai Ekonomi Kreatif, yaitu kreasi, produksi, distribusi, konsumsi, dan konservasi, yang dilakukan oleh unsur Pentahelix antara pemerintah, akademisi, komunitas, pebisnis dan media, untuk memberikan nilai tambah pada produknya sehingga berdaya saing tinggi, mudah diakses dan terlindungi secara hukum,” jelasnya secara webinar zoom meeting.
Pengembangan Ekosistem Ekonomi Kreatif, menurut Amin Abdullah, dapat dilakukan melalui pengembangan riset, pengembangan pendidikan, fasilitasi pendanaan dan pembiayaan, penyediaan infrastruktur, pengembangan sistem pemasaran, pemberian insentif, diferensiasi produk dan digitalisasi, fasilitasi kekayaan intelektual, dan perlindungan hasil kreativitas.
Sementara itu, narasumber kedua, Arief Ardinugroho yang merupakan Entrepreneur Co Founder KIRIMINAJA sebuah platform ekspedisi pengiriman paket, menjelaskan potensi pengembangan bisnis dengan berbasis digital marketing. Melalui aplikasi zoom meeting, Ia mengatakan pada tahun 2020 transaksi e-commerce di Indonesia mencapai Rp 206 Triliun. Kemudian diproyeksikan pada tahun 2022 akan tumbuh hingga Rp 530 Triliun.
“Survey juga menunjukkan saat ini adalah era e-commerce social media, dimana media sosial seperti facebook, instagram dan tiktok menjadi media yang sangat penting dalam social commerce,” ujar Arif.
Ia pun berharap, pelaku ekonomi kreatif di Kaltim memanfaatkan media sosial seperti facebook, instagram dan tiktok untuk meningkatkan transaksi bisnis.
Sementara itu, HM. Faisal Kepala Dinas Kominfo Kaltim mengatakan ekonomi kreatif Kaltim saat ini harus bergerak ke arah hilirisasi digital dan berorientasi industri.
“Pelaku ekonomi kreatif melalui BUMD di Kaltim telah berhasil ekspor lidi dari pelepah daun kelapa sawit yang sangat berlimpah di Kaltim, per bulan mereka bisa eksport 10 ton ke negara di Timur Tengah,” ujar Faisal.
Faisal berharap Gekrafs Kaltim melalui Rakerwil ini bisa membantu pelaku ekonomi kreatif dengan melakukan kerja-kerja dengan skala prioritas seperti riset pasar atau penelitian bekerjasama dengan perguruan tinggi di Kaltim, seperti mendorong pengembangan subsektor Fashion Muslim Industri, dimana sejak bahan baku, proses pembuatan, hingga pemasaran dengan kaidah Islam.
Ketua DPW Gerakan Ekonomi Kreatif (Gekrafs) Kaltim Aji Mirza Hakim atau akrab disapa Icha,mengatakan sebagai organisasi bernaungnya pelaku usaha ekonomi kreatif di Kaltim. Rakerwil Gekrafs Kaltim juga membahas rancangan program kerja yang akan mempertajam visi misi organisasi Gekrafs dalam turut berpartisipasi dalam memajukan industri ekonomi kreatif di Kaltim.
“Di dalam Gekrafs, berkumpul pelaku usaha ekonomi kreatif di Kaltim, dan yang belum bergabung dapat di DPC Gekrafs Kabupaten/Kota se Kaltim dan memfollow Instagram @gekrafs_kaltim, untuk bersama-sama bangkit berkolaborasi memajukan usaha dengan inovasi dan hilirisasi industri ekonomi kreatif,” ujar Icha.(*)