Poskaltim.id, Samarinda — Berbagai alasan orang untuk berburu ta’jil saat berbuka puasa. Salah satu alasan yang mendasar biasanya karena menu ta’jil yang dijual terkadang tidak mudah ditemui di saat hari biasa.
Itulah yang dilakukan oleh penjual kue talam Maskota Muradiah yang beralamat di Jalan Bung Tomo Samarinda Seberang. Tiap hari puluhan jenis wadai (bahasa Banjar menyebut kue) talam dijajakan selama bulan Ramadhan ini.
Berbagai kue talam seperti Amparan Tatak, Sari Pengantin, Sari Muka Ketan, Kue Lapis, hingga Bingka Kentang, menjadi andalan penjualan saat bulan puasa ini.
Didampingi sang anak, Khairunnisa atau yang akrab disapa Ica (25 Th), Maskota Muradiah mengatakan biasanya ia menjual kue talam, khususnya Bingka Kentang, hanya ketika ada pesanan pelanggan.
“Kami menjual wadai talam memang di saat bulan Ramadhan saja. Kalau hari-hari biasa kue dibuat kalau ada pesanan,” ucap perempuan 68 tahun ini.
Kue talam, ujarnya dibuat pada siang hari dengan dibantu beberapa orang karyawan. Jenis kue talam yang dibuat hingga sebanyak 16 jenis kue. Belum lagi jajanan lain seperti aneka gorengan, bubur es, kolak hingga makanan siap saji untuk berbuka puasa.
Dijelaskan Khairunnisa, usaha pembuatan kue talam ini dimulai oleh neneknya, Hj Hatim yang telah dimulai sejak tahun 1980. Sehingga banyak pelanggan yang lebih mengenal nama Hj Hatim sebagai jaminan rasa yang sempurna.
“Kue yang kami buat saat inipun resepnya merupakan warisan turun-temurun dari ibunya dan nenek saya, Maskota Muradiah dan Hj. Hatim,” jelas Khairunnisa.
Untuk sepotong kue Amparan Tatak dan beberapa jenis kue talam lainnya, pelanggan cukup membayar Rp15.000-Rp25.000 untuk ukuran kue 11 x 18 Cm. Sementara untuk pelanggan yang menginginkan membeli satu loyang, dihargai Rp280.000.
“Meski terbilang cukup mahal namun rasanya kita jamin berbeda dengan kue talam pedagang lainnya. Selama beberapa hari berjualan di bulan Ramadhan dagangan kerap ludes terjual,” akunya.
Khairunnisa mengatakan jika ada kue yang tak terjual pun, ia akan menyumbangkannya ke masjid, tetangga hingga pemungut sampah dan petugas kebersihan.
Namun di tengah pandemic Covid-19 saat ini, diakui Khairunnisa penjualan menurun dibandingkan Ramadhan tahun lalu. Terutama, pesanan dari instansi pemerintah yang biasa untuk menu berbuka di satu acara.
Khairunnisa menjelaskan jika nama kue Hj Hatim terlanjur melekat di dagangan kue basahnya. Untuk itu, keluarga membangun merek dagang baru yaitu “Maskota” untuk menyesuaikan perkembangan jaman.
“Sudan lima tahun terakhir kami membranding ulang nama Hj Hatim ke nama baru Maskota Restaurant & Tradisional Cake Home Industry. Maskota diambil dari nama Maskota Muradiah yang mencetuskan usaha kue talam ini dikenal masyarakat. Dengan nama baru kami juga akan memperluas usaha tidak saja usaha kue talam,” ujarnya.(Yuliawan Andrianto)