Breaking News
Hapsah, penjual Kue Dange asal Suku Kaili.

Kue Dange, Jajanan Khas Suku Kaili Sulawesi Tengah

Poskaltim.id, Kota Palu —Beberapa kuliner tradisional suku Kaili diantaranya kue Dange, kue tradisional berbahan dasar sagu campuran kelapa dengan toping berbagai rasa, diantaranya ikan teri pedas, ikan suwir dan gula merah sering diburu orang yang berkunjung atau mampir di Kota Palu, Provinsi Sulawesi Tengah .

Hapsah (45) salah satu pedagang kue Dange, mengatakan jika kue tradisional ini berasal dari suku Kaili. Hapsah kerap menggelar dagangannya di Jalan Makolembake, kelurahan Lere, Palu Barat, Kota Palu, atau tidak jauh dari bundaran Taman Patung Kuda Bumi Bahari (Bundaran Lasoso) Kota Palu ini bersama 14 pedagang lainnya.

“Kami menggelar dagangannya sejak pukul 16.00  sampai pukul 23.00 setiap hari. Rata-rata yang berjualan dange di sini dari satu kampung di Donggala,” jelas Habsah, Kamis malam (19/6/2025) saat menggelar dagangannya.

Dituturkan Hapsah setiap hari rombongan pedagang Dange yang berasal dari desa Kola-Kola, kecamatan Banawa Tengah, kabupaten Donggala menempuh perjalanan 80 km pulang pergi menggunakan jasa antar jemput menggunakan mobil.

“Satu mobil ada 7 orang, ongkosnya 50 ribu setiap orang, ada dua mobil, kadang 3 mobil setiap hari yang membawa kami berangkat dari rumah jam 3 sore, dan pulang sekitar jam 11 malam,” jelas Habsah.

Penjual Kue Dange di Palu ini ada empat tempat selain di Bundaran Lasoso, ada juga di kampung Nelayan, di jalan Garuda dan di Jalan Merpati Kota Palu.

Deretan penjual kue dange makanan khas suku Kaili di dekat bundaran Lasoso Lere Kota Palu.

“Pedagang Dange di bundaran Lasoso ini saya (Hapsah), Arlia, Sawima, Rasmia, Munira, Suryani,  Sukiyama,  Ningsing, Suryana, Nurhaida, Rosida,  Awalia, Nursanti, Ruheni, dan Markiyah. Sedangkan yang berjualan di kampung nelayan 3 orang (Alpia, Ardia, Mulyana), di jalan Garuda 2 orang (Lopan dan Eni), dan di jalan Merpati satu orang (Musni).

Dalam setiap harinya Habsah menyiapkan bahan dasar kue Donge sebanyak 3 kg. “Kami olah dari sagu, di Donggala banyak Sagu, kami jadikan tepung dicampur parutan kepala. Saya tiap hari hanya bawa 3 kg saja, ada juga yang membawa 5 kg,” jelasnya.

Setiap harinya dari bahan baku sebanyak 3 kg tersebut bila habis terjual dapat menghasilkan uang Rp300 ribu. Jika ada habis, dari 3 kg bahan bisa dapat uang Rp300 ribu. Untuk belanja bahan lebih kurang Rp100 ribu, ongkos mobil Rp50 ribu dan masih tersisa Rp150 ribu.

Perhatian pemerintah terhadap penjual kue tradisional Donge di Kota Palu menurut Habsah sama sekali tidak ada bantuan ataupun pembinaan.

Habsah tidak terlalu berharap bantuan dari pemerintah, namun jika ada acara besar kalau bisa minta dilibatkan pedagang kue dange agar masyarakat lebih mengenal makanan tradisional dari suku Kaili.(mn)

About Redaksi

Check Also

Deddy Lisan Kerap Minta Asinan Buah dan Sound Oke

Poskaltim.id, Jakarta — Setelah sukses dikenal publik sebagai vokalis grup band rock legendaris Andra and …

Temindung Creative Hub Samarinda Putar Film Lamak dan Nyanyian Sunyi

Poskaltim.id, Samarinda — Penikmat film yang berasal dari komunitas sineas Kalimantan Timur dan Samarinda sangat …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *