Poskaltim.id, Samarinda – Banyaknya anak sungai yang melintasi Kota Samarinda, mengharuskan jembatan penyeberangan yang dibuat ramah lingkungan dan tidak mengganggu aliran air maupun material sampah.
Untuk itulah Tim Pengabdian kepada Masyarakat Politeknik Negeri Samarinda (Polnes) bekerja sama dengan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Mulawarman (FKM-UNMUL) membangun jembatan tipe busur yang sesuai dengan kontur dan aliran sungai di Kaltim, khususnya di Kota Samarinda.
“Saat ini, penggunaan material kayu sebagai bahan konstruksi Jembatan sederhana mulai ditinggalkan dan beralih ke jembatan beton ataupun baja. Pertimbangan durability dan kekuatan struktur” ujar Ketua Tim Pengabdian kepada Masyarakat, Insan Kamil, pada Senin (20/12/2021).
Dijelaskan, penggunaan material kayu keras pada aplikasi jembatan busur tetaplah menjadi material yang paling mampu diperbaharui oleh alam dibandingkan material baja maupun beton.
Apalagi, ujar Insan Kamil, penggunaan material alam yang ecological merupakan isu dari United Nation (Perserikatan Bangsa-Bangsa) yang perlu didukung oleh institusi pendidikan di seluruh dunia, termasuk oleh Politeknik Negeri Samarinda (Polnes) maupun Universitas Mulawarman.
“Mengaplikasikan teori di kampus menjadi suatu pekerjaan yang nyata di lapangan. Diharapkan kolaborasi ini akan menyebarkan trend dan turut serta menyukseskan kampanye isu pemanasan global (global warming) di dunia ini,” harapnya.
Dijelaskannya, di lokasi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Mulawarman (FKM-UNMUL) telah memiliki jembatan kayu sebagai media yang menyeberangi kanal dengan lebar 8-9 meter (m). Namun, jembatan penghubung tersebut dibangun dengan cara tradisional dimana terlalu banyak tonggak-tonggak kayu yang dapat menutupi lalu lintas sungai serta menghambat aliran sungai dan lalu lintas di bawahnya.
Jembatan kayu tradisional yang setipe juga banyak digunakan di beberapa anak sungai Mahakam sehingga mempersempit bahkan menutup akses lalu lintas di bawahnya. Konstruksi tersebut juga mengakibatkan menumpuknya sampah yang hanyut di sungai.
Pengabdian kepada Masyarakat ini diawali dengan penentuan bentang dan tinggi bebas jembatan dan perencanaan serta perhitungan kekuatan material. Produksi bagian-bagian dari jembatan diproduksi di bengkel jurusan Teknik Sipil Polnes. Kemudian pada tahap perakitan dan erection dilakukan di lapangan.
“Keunikan dari pengabdian ini adalah dalam pengapilikasian model jembatan busur yang cukup menarik sehingga diharapkan kembali dapat menjadi sebuah pilihan dalam penentuan jenis jembatan bagi pengguna,” jelasnya.
Selain menyediakan ruang bebas kayu dengan sistem bongkar rakit, menyajikan estetika yang lebih luas di bawah jembatan tentunya. Dimana, ruang bebas yang cukup luas dapat mengakomodir lalu lintas air di bawah jembatan.
Tim Pengabdian kepada Masyarakat juga melatih tukang kayu tradisional dan penyertaan mahasiswa teknik sipil Polnes dalam perencanaan dan fabrikasi jembatan tipe busur, diharapkan dapat memberi pengalaman dan pengetahuan baru bagi masyarakat pertukang kayuan Samarinda.
Dalam pelaksanaan kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini didukung oleh tujuh orang dosen, lima teknisi dan 24 mahasiswa teknik sipil Politeknik Negeri Samarinda. Kolaborasi dengan FKM-UNMUL, yang memiliki kemampuan dan kurikulum promosi.
“Diharapkan dari kolaborasi ini dapat memperluas dan lebih dapat diterima ide utama dalam pengaplikasian jembatan busur ini dengan segala kelebihan dan teknologinya,” harap Insan Kamil.(*/adv)