Breaking News

Belantara Foundation Gelar Pendataan Biodiversitas di Kawasan Tebet Eco Park, Jakarta Selatan

Poskaltim.id, Jakarta — Belantara Foundation berkolaborasi dengan Gaia Indonesia, Himpunan Mahasiswa Biologi Helianthus FMIPA dan Wapalapa Universitas Pakuan menyelenggarakan kegiatan peningkatan kapasitas dalam pendataan dan mengidentifikasi biodiversitas yang meliputi satwa burung, amfibi dan reptil di kawasan perkotaan.

Acara bagi masyarakat khususnya generasi muda terkait mendata yang dikemas melaui kegiatan Belantara Biodiversity Class pada Sabtu, 20 Desember 2025 di kawasan Tebet Eco Park, Jakarta Selatan.

Direktur Eksekutif Belantara Foundation, Dr. Dolly Priatna pada sambutannya mengatakan bahwa Tebet Eco Park dipilih menjadi lokasi kegiatan karena merupakan taman kota yang luasnya 7,3 hektar ini memiliki potensi menjadi habitat berbagai jenis fauna burung serta amfibi dan reptil.

“Tujuan utama Belantara Biodiversity Class adalah meningkatkan kesadaran (awareness) dan pemahaman masyarakat khususnya generasi muda akan pentingnya menjaga dan melestarikan biodiversitas yang ada di sekitar mereka khususnya di kawasan perkotaan,” ujarnya.

Tujuan lain dari kegiatan ini yaitu membantu mendata dan mengidentifikasi potensi satwa liar seperti burung, amfibi dan reptil yang ada di kawasan Tebet Eco Park.

Selain itu, taman kota yang telah direvitalisasi pada tahun 2021 dan resmi dibuka kembali pada April 2022 ini juga lokasinya sangat strategis serta memiliki fasilitas yang cocok untuk kegiatan edukasi dan penyadartahuan. Dua kawasan taman yang awalnya terpisah dan berseberangan – Taman Tebet Utara dan Taman Tebet Selatan, kini telah menjadi satu taman terpadu yang mengusung konsep harmonisasi antara fungsi ekologi, sosial, edukasi dan rekreasi.

“Oleh karenanya, amat penting dilakukan pendataan potensi biodiversitas seperti jenis-jenis burung, amfibi dan reptil sebagai bahan monitoring dan evaluasi untuk mendukung pembangunan yang berkelanjutan di taman tersebut” ujar Dolly, yang juga merupakan pengajar di Sekolah Pascasarjana Universitas Pakuan.

Dolly yang juga​ anggota Commission on Ecosystem Management IUCN menambahkan, keberadaan ruang terbuka hijau di kawasan perkotaan seperti Tebet Eco Park ini dapat dijadikan sebagai laboratorium alam, tempat menimba ilmu bagi pelajar khususnya bidang biologi. Selain itu, keberadaan satwa liar ini juga sangat membantu dalam mendukung terjadinya keseimbangan ekosistem di area taman kota tersebut.

Berdasarkan Dokumen Rencana Induk Pengelolaan Keanekaragaman Hayati Provinsi DKI Jakarta Tahun 2025-2029, setidaknya terdapat 25 jenis burung, 2 jenis amfibi dan 3 jenis reptil yang berhasil dijumpai di Tebet Eco Park. Data tersebut perlu dilakukan pemutakhiran setiap waktu untuk mengetahui apakah terjadi perubahan terhadap keberadaan jumlah masing-masing jenis tersebut.

Satwa liar seperti burung, amfibi dan reptil memiliki peran yang sangat penting bagi kelangsungan ekosistem. Misalnya, burung dapat membantu dalam penyebaran biji (seeds dispersal). Amfibi dan reptil berperan penting sebagai pengendali hama alami (serangga hama dan tikus). Selain itu, burung, amfibi dan reptil dapat menjadi indikator baik atau tidaknya kualitas lingkungan (bioindikator) dan menjaga keseimbangan ekosistem.

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan di kawasan Tebet Eco Park pada Sabtu, 20 Desember 2025 pukul 07.00 – 10.00 WIB, didapatkan 20 jenis burung, 1 jenis amfibi dan 8 jenis reptil. Dari 20 jenis burung yang berhasil diidentifikasi, terdapat 1 jenis burung, yaitu burung betet biasa (Psittacula alexandri) yang masuk ke dalam kategori burung yang dilindungi oleh Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor P.106/MENLHK/SETJEN/KUM.1/12/2018 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P.20/MENLHK/SETJEN/KUM.1/6/2018 Tentang Jenis Tumbuhan dan Satwa yang Dilindungi.

Berdasarkan daftar merah International Union for Conservation of Nature (IUCN), terdapat 2 jenis burung, yaitu burung betet biasa (Psittacula alexandri) berstatus Near Threatened/NT atau hampir terancam punah dan burung kerak kerbau (Acridotheres javanicus) berstatus Vulnerable/VU atau rentan terhadap kepunahan.

Kegiatan ini dihadiri oleh 70 siswa yang berasal dari 30 Sekolah Menengah Atas / sederajat dari Jakarta, Bogor, Depok dan Tangerang.(hms-BF)

 

About Redaksi

Check Also

Di IUCN World Conservation Congress 2025 Belantara Foundation Ajak Generasi Muda Lestarikan Biodiversitas

Poskaltim.id, Abu Dahbi — Belantara Foundation menjadi narasumber panel diskusi di IUCN Youth Pavilion bertajuk …

Investor Asing Antre Kelola Sampah Kaltim Menjadi Energi Terbarukan

Poskaltim.id, Samarinda – Persoalan sampah di Kalimantan Timur ini tidak lagi dipandang sebagai masalah, melainkan …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *