Poskaltim.id, Tenggarong – Setelah serangkaian prosesi sakral dilaksanakan pada Festival Adat Erau Kesultanan Kutai Kartanegara Ing Martadipura, Mengulur Naga dan Belimbur di Museum Negeri Mulawarman, Tenggarong, pada Minggu (28/9) menjadi acara pamungkas. Prosesi ini menandai berakhirnya Erau dan segera dimulainya ritual Belimbur, penyucian diri menggunakan air tuli yang dibawa dari Kutai Lama, tempat asal Kerajaan Kutai Kartanegara.
Mengulur Naga melambangkan kebaikan yang mengalir. Sementara Belimbur adalah simbol pensucian diri, solidaritas, dan kegembiraan. “Erau bukan hanya sekadar pesta rakyat, tapi juga napas peradaban,” kata Wakil Gubernur Kaltim, H. Seno Aji dalam sambutannya.
Ia menjelaskan Erau telah masuk kalender event internasional, menjadi aset berharga yang memperkuat branding Kaltim sebagai destinasi budaya. Dalam kesempatan itu pula Seno Aji menyampaikan apresiasi kepada Pemkab Kukar, Kesultanan, dan masyarakat atas pelestarian acara akbar ini.

Bupati Kukar, Aulia Rahman Basri, menambahkan bahwa dari prosesi Mengulur Naga dan Belimbur, terdapat hikmah nilai kesakralan, kesucian, syukur, dan kesabaran. “Dari proses ini seluruh masyarakat Kukar merayakan kesyukuran bahwa kita telah melaksanakan adat Erau dan diberikan nikmat oleh Allah SWT,” jelas Aulia.
Bertepatan dengan acara puncak ini, Tenggarong genap berusia 243 Tahun. Bupati berharap Tenggarong, sebagai etalase Kukar dan kota warisan budaya, akan terus berbenah dan membawa kemakmuran bagi seluruh warga.
Setelah pelepasan rombongan pembawa naga ke Kutai Lama, acara dilanjutkan dengan ritual di Keraton, yaitu Beumban, Begorok, dan Rangga Titi. Prosesi diakhiri di dermaga, di mana Sultan melakukan ritual tempong tawar dan memercikkan air Kutai Lama kepada kerabat serta tamu undangan, yang menjadi pertanda resmi dimulainya ritual Belimbur oleh masyarakat umum. Turut hadir dalam prosesi ini Wakil Bupati H. Rendi Solihin, Sekda H. Sunggono, dan jajaran Forkopimda Provinsi dan Kabupaten.(Prokom 06)
Foto: Ig prokomkukar