Di Sangkulirang, Kutai Timur, tersimpan sebuah keajaiban alam yang tak banyak orang tahu. Bukan hanya pantai pasir putihnya, tapi sebuah benteng hijau yang tegak berdiri: hutan mangrove primer Pulau Miang. Tegaknya akar-akar kokoh yang saling menjalin di atas air bukan sekadar pemandangan indah, melainkan sebuah perisai alami yang setia melindungi pantai dari abrasi dan amukan gelombang besar.
Hutan mangrove ini adalah jantung ekosistem, tempat kehidupan laut dimulai. Di balik rimbunnya dedaunan, ada ribuan biota yang menjadikan mangrove sebagai rumah mereka. Mulai dari kepiting yang berlari di sela-sela akar, ikan-ikan kecil yang berlindung dari predator, hingga burung-burung langka yang singgah di antara rantingnya. Setiap suara yang terdengar di sini seperti sebuah pengingat bahwa ekosistem ini adalah habitat yang tak ternilai harganya.
Keberadaan hutan mangrove primer di Pulau Miang lebih dari sekadar pemandangan, ia adalah benteng terakhir bumi dari krisis iklim. Hutan ini bekerja tanpa lelah menyerap karbon dan menjadi penyangga penting bagi lingkungan. Keindahan ini mengajarkan sebuah pelajaran hidup tentang harmoni antara manusia dan alam.
Saat kita menginjakkan kaki di pulau ini, kita bukan lagi sekadar wisatawan. Kita adalah penjaga, pewaris, dan pengemban tanggung jawab untuk memastikan keajaiban ini tetap lestari. Melestarikan hutan mangrove berarti merawat warisan alam untuk generasi mendatang.
Pulau Miang di Sangkulirang bukan sekadar destinasi wisata; ia adalah sebuah pelajaran. Sebuah ajakan untuk bangga dengan kekayaan alam Kalimantan Timur dan berkomitmen untuk menjaganya.(dosen)