Poskaltim.id, Samarinda — Di bukit itu terdengar dendang syair, bak menimang membuai anaknya agar tidurnya lelap damai dalam buaian. Sepoi angin menemani lelaki yang terus mengalunkan lagu bagi “anak asuhnya”.
“Kita ini bersentuhan langsung dengan alam kalau kita menghargainya, alam juga akan menyayangi kita,” tutur, Sadi, lelaki yang sejak tahun 1992 memenuhi kebutuhan hidupnya yang hanya mengandalkan keterampilannya membuat gula aren atau merah.
Untuk bisa membuat gula merah, lanjut, Sadi, memulai proses panjangnya yang dimulai dari mencari pohon Aren yang berbunga untuk bisa disadap air niranya. Setelah itu dirinya membuat tangga untuk memanjat dan menjadi pijakan pohon Aren.
Pohon aren yang dipilih adalah pohon aren yang sedang berbunga. Bakal buah inilah yang kemudian dapat menghasilkan tetasan air nira yang rasanya manis. Setelah bunganya disadap dengan cara memotong sedikit tangkai bunga sambil menggoyang-goyangkan dan berdendang seperti membuai anak di ayunan.
“Kalau dulu menggoyangnya sambil melantunkan lagu. Kalau sekarang, saya melantunkan lagunya dalam hati saja. Sebab kalau bersuara, takut dikira orang aneh,”jelas, lelaki berusia 62 tahun itu, sambil tersenyum. Senin (29/11/2021)
Diceritakan Saidi, untuk mendapatkan satu liter air nira Aren kalau diproses menjadi gula merah, hanya menghasilkan satu cetakan atau satu biji gula merah saja. Sehingga, kalau satu hari memperoleh 15 liter, hanya menghasil 15 biji gula merah sekira seberat 150-200 gram.
Dalam satu bulan, Sadi, memproduksi gula merah rata-rata 800 cetakan yang berbentuk bulat lonjong. Untuk harga per biji gula merah yang dihasilkannya dihargai Rp2.000.- maka penghasilannya per-bulannya Rp1.600.000.-.
“Penghasilan saya itu bagi saya cukup, saya syukuri sebab anak saya sudah mandiri,”ujarnya Saidi bersahaja.
Sadi, menyadap pohon Aren di perbukitan sekitar Gang Berkat, Jalan Gunung Lingai, Kelurahan Gunung Lingai, kecamatan Sungai Pinang, Samarinda. Dirinya menjelaskan perbukitan itu milik pengembang perumahan Alaya, yang tidak melarang dirinya memanfaatkan pohon aren untuk diambil niranya.
“Ya, kalau nanti sudah digunakan oleh yang punya bukit, saya tidak bisa lagi membuat gula merah disini. Harus mencari dimana tempat yang banyak pohon arennya,”jelasnya
Di sekitar Kota Samarinda, pohon Aren tumbuh subur di perbukitan yang melingkari Kecamatan Samarinda Ulu dan sekitarnya. Kalau perbukitan itu dialihfungsikan peruntukannya, maka mungkinkah anak cucu cicit kita kelak bisa menikmati, nikmatnya gula merah yang menjadi kunci olahan banyak makanan atau kue tradisional. Salah satunya kue Barongko, kue tradisional yang dibungkus daun pisang berkuah santan dan gula merah cair. (Penulis : Misman).