Di tengah ancaman kepunahan, populasi Pesut Mahakam kini memiliki harapan baru berkat kolaborasi erat antara masyarakat desa, lembaga konservasi, dan perusahaan. Sebuah kisah sukses yang berpusat di Desa Pela, Kecamatan Kota Bangun, menjadi bukti bahwa sinergi adalah kunci untuk menyelamatkan mamalia air tawar yang ikonik ini.
Menurut laporan yang diunggah akun Instagram @phi.pertamina pada Sabtu (16/8), populasi Pesut Mahakam telah mengalami penyusutan drastis dari 86 ekor pada tahun 2005 menjadi 60 ekor pada 2024. Ancaman utama datang dari jaring nelayan yang dikenal sebagai rengge.
Namun, kondisi unik Desa Pela menjadi pondasi bagi upaya penyelamatan ini. Ketua Pokdarwis 3B Desa Pela, Alimin, mengatakan, “Pesut Mahakam sering bermain-main di sungai Pela karena di desa ini jauh dari limbah-limbah perusahaan. Tidak ada perusahaan tambang dan juga sawit di desa Pela.”

Senior Researcher Yayasan Konservasi RASI, Danille Kreb, menegaskan bahwa kolaborasi adalah kunci untuk menjaga habitat dan menekan kematian pesut. Sosialisasi telah menjangkau 160 nelayan. Upaya ini terbukti efektif. Jumlah pesut yang terjaring nelayan kini sangat berkurang.
Kepala Desa Pela, Supyan Noor, mengamini hal ini. “Kerja sama kita dengan PHM begitu sangat-sangat bagus dan aktif sekali,” ujarnya. Kerja sama ini bahkan telah melahirkan Peraturan Desa Pela pada tahun 2018 yang melarang penggunaan alat tangkap berbahaya. Selain itu, tim gabungan dari pemerintah desa dan BPD secara aktif melakukan patroli untuk merazia praktik illegal fishing.
Kerja sama yang solid ini tidak hanya menyelamatkan populasi pesut, tetapi juga menanamkan kesadaran lingkungan bagi generasi penerus. Alimin berharap, “Semoga nanti regenerasi selanjutnya bisa melanjutkan apa yang sudah kita tanamkan di desa Pela ini.” Sebuah pesan optimisme yang menjadikan kisah Pesut Mahakam ini sebagai inspirasi bagi pelestarian lingkungan di seluruh Indonesia.(*/wisnu_krisna/phi.pertamina)
Selengkapnya kunjungi Instagram @phi.pertamina