Breaking News

Kisah Perjuangan dan Komitmen Abadi Kafilah MTQ Kukar

Rabu malam, 9 Juli 2025, suasana haru dan khidmat menyelimuti Sekretariat LPTQ Kukar di Jalan Jelawat, Tenggarong. Di bawah temaram lampu, puluhan wajah muda penuh harap berbaris rapi, bersiap untuk mengemban amanah besar. Itu adalah momen salat Magrib dan salat Hajat berjamaah yang mengikat hati para peserta Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ) Kukar.

Di antara saf salat, hadir sosok Bupati dr. Aulia Rahman Basri, yang memberikan semangat dan restu langsung. Suasana semakin terasa semakin istimewa dengan kehadiran mantan Bupati, Edi Damansyah. Salat yang dipimpin oleh Sekda Sunggono ini bukan sekadar ibadah, melainkan sebuah simbol kuat yang menegaskan komitmen Pemkab Kukar tak pernah lekang oleh waktu. Ini adalah doa bersama, restu dari dua pemimpin, untuk perjuangan yang akan segera dimulai.

Setelah beberapa jam tiba di pemondokan, malam itu, Minggu (13/7) kafilah Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ) Kutai Kartanegara diselimuti aura khidmat. Kembali, sebelum memulai perjuangan di arena MTQ tingkat provinsi, seluruh rombongan melaksanakan salat Magrib berjamaah. Di antara para peserta, pelatih, dan ofisial, hadir pula Bupati Kukar, dr. Aulia Rahman Basri. Momen sederhana namun sarat makna ini bukan sekadar rutinitas, melainkan simbol bahwa perjuangan mereka tidak hanya mengandalkan kemampuan teknis, tetapi juga kekuatan spiritual.

Suasana Salat Magrib berjamaah sebagai wujud syukur atas prestasi kafilah MTQ Kukar. Foto: @promkukar

“Kami selalu percaya bahwa hasil itu tidak akan menghianati proses,” ujar Bupati Aulia, menatap satu per satu wajah yang akan berjuang membawa nama baik Kukar. Ucapannya itu menjadi pengingat atas kerja keras yang telah mereka jalani selama berbulan-bulan.

Sejak Juni, LPTQ Kukar telah menggelar pemusatan pelatihan intensif bagi 58 peserta terbaik. Proses ini adalah puncak dari seleksi berjenjang, di mana setiap kecamatan diwajibkan menggelar MTQ lokal untuk menyaring talenta terbaik. “Sistem pembinaan kita bertingkat, dimulai dari kecamatan sampai kabupaten. Ini jadi kunci utama,” imbuh Sunggono, Ketua LPTQ Kukar.

Di pundak para kafilah, ada beban sekaligus kehormatan besar. Selama enam tahun berturut-turut, Kukar selalu menjadi juara umum MTQ tingkat provinsi. Targetnya jelas: mempertahankan gelar untuk yang ketujuh kalinya.

Namun, seperti kata pepatah, hidup tidak selalu berjalan sesuai rencana. Pada 18 Juli, saat pengumuman hasil MTQ ke-45 tingkat Provinsi Kaltim dibacakan, sebuah kenyataan akhirnya diterima. Berdasarkan keputusan dewan hakim, tuan rumah Kutai Timur mendominasi dengan 627 poin, meninggalkan Kukar di posisi kedua dengan 424 poin. Gelar juara umum yang begitu diidamkan harus lepas.

Meski demikian, pencapaian kafilah Kukar tetap luar biasa. Dari 58 peserta yang dikirim, 54 di antaranya berhasil membawa pulang gelar juara. Pesta bonus pun tetap digelar. Pada Jumat (1/8), di Pendopo Odah Etam, Bupati Aulia Rahman menepati janjinya. Satu per satu peserta maju menerima bonus ratusan juta rupiah yang diserahkan langsung oleh sang bupati. Peraih terbaik I menerima Rp25 juta, ditambah bonus umrah bersama pelatih senilai Rp30 juta. Para juara lainnya juga mendapatkan bonus bervariasi, mulai dari Rp4,5 juta hingga Rp22 juta.

Namun, momen paling menyentuh terjadi saat Bupati Aulia menyampaikan apresiasinya kepada empat peserta yang tidak meraih juara. “Empat orang ini bukan berarti nilainya jelek, tetapi ini masalah kesempatan,” ujarnya. Sebagai bentuk motivasi dan penghargaan pribadi, ia berjanji akan memberikan bonus yang nilainya tak jauh berbeda dengan peraih juara. Sikap ini menunjukkan bahwa komitmen pemerintah tidak hanya tertuju pada prestasi, melainkan pada ketulusan setiap individu yang berjuang.

dr. Aulia Rahman Basri menegaskan komitmen Pemkab untuk terus mendukung pembinaan qari dan qariah di Kutai Kartanegara. Foto: @promkukar

Di hadapan para kafilah dan hadirin, Bupati Aulia menegaskan bahwa dukungan terhadap pembinaan Al-Qur’an tidak akan pernah surut. “Apapun yang terjadi dengan anggaran Kukar, tetapi anggaran untuk MTQ jangan sampai dikurangi, bila perlu lebih ditambah lagi.” Pernyataan ini menjadi angin segar, memastikan bahwa meski gelar juara umum lepas, api semangat para qari dan qariah di Kukar tidak akan pernah padam.

Kisah perjuangan kafilah MTQ Kukar ini mengajarkan sebuah pelajaran berharga. Bahwa di balik bonus dan tepuk tangan, ada proses panjang penuh dedikasi. Ada komitmen tulus dari pemerintah dan ada semangat pantang menyerah dari para peserta. Sebagaimana yang disampaikan Sunggono, “Hal terpenting adalah implementasi dalam kehidupan bermasyarakat.” Itulah esensi sejati dari MTQ yang tak bisa diukur dengan piala atau poin semata. *)

About Redaksi

Check Also

Pemkab Kukar Berikan Bantuan Korban Kebakaran Loa Ipuh

Poskaltim.id, Kutai Kartanegara — Kelurahan Loa Ipuh Tenggarong selama sebulan terakhir telah mengalami dua kali …

Taekwondo Kukar Juara Umum di Tingkat Provinsi

Poskaltim.id. Kutai Kartanegara – Prestasi hebat ditorehkan oleh tim Taekwondo Kutai Kartanegara (Kukar) mendulang 9 …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *