Poskaltim.id, Samarinda – Olahan biji buah kakao terbilang lebih rumit jika dibandingkan dengan olahan biji buah kopi. Buah kopi yang dipanen bisa langsung diolah dengan proses singkat untuk dapat dinikmati. Berbeda dengan olahan buah kakao yang harus melalui proses panjang dan rumit untuk menjadikannya bubuk cokelat atau olahan cokelat lainnya.
Nun jauh dari ibu kota Kabupaten Berau, tepatnya di Desa Labanan Makarti, sekitar 1 jam perjalanan menggunakan kendaraan roda empat, sebuah rumah produksi olahan cokelat berdiri. Namanya, Rumah Coklat Kulanta. Disini berbagai olahan cokelat diolah menjadi coklat bubuk, pisang coklat, kukis coklat hingga coklat hitam batangan (dark chocolate).
Direktur BUMDes Surya Jaya Abadi Labanan, Dea Nurwana Solihin menceritakan, produksi cokelat di Rumah Coklat Kulanta berawal dari pelatihan yang diberikan oleh sebuah perusahaan yang ada di Berau. Melalui pelatihan ini, para ibu rumah tangga yang tergabung dalam Kelompok Wanita Tani mendapatkan pelatihan cara mengolah biji kakao, pada Oktober 2022 silam.
“Pelatihan ini menggandeng warga khususnya perempuan atau ibu-ibu rumah tangga di Kampung Labanan Makarti. Para perempuan desa setempat ini dilatih mengubah biji kakao menjadi beragam produk turunan berbasis cokelat,” ujarnya usai mendapatkan kunjungan dari Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI Kaltim) Budi Widihartanto beserta rombongan pada Kamis (24/7/2025).
Dea Nurwana menjelaskan proses pengolahan biji kakao terbilang panjang dan rumit. Biji kakao kering mulanya melalui proses sangrai, kemudian proses penghancuran. Usai menjadi pasta, biji kakao harus dipres untuk mengeluarkan minyak nabatinya. Kemudian pasta ini diputar menggunakan mesin selama 24 jam sebelum melalui proses pengeringan.
Setelah menjadi coklat bubuk, bahan dasar ini dapat divariasikan dengan bahan lainnya untuk menjadi makanan olahan dengan nilai jual yang lebih ekonomis. Tidak sendirian, Rumah Coklat Kulanta bekerjasama dengan Rumah Kemas Batiwakkal agar tampilan produknya lebih menarik, higienis dan mudah dibawa sebagai buah tangan. Selain itu, Rumah Kemas Batiwakkal ini juga berfungsi sebagai re-seller karena keberadaannya di pusat kota.
Walaupun telah mendapatkan dukungan pelatihan dari Disperindag Provinsi Kaltim, Pemkab Berau hingga perusahaan swasta, Dea Nurwana masih mengharapkan bantuan pelatihan agar cokelat produksinya dapat lebih baik dan diminati banyak orang.

“Misalnya saja pelatihan diversifikasi produk, pengelolaan keuangan, pemasaran digital hingga pelatihan bagaimana agar bisa ekspor. Harapannya, cokelat produksi kami dapat dipasarkan lebih luas lagi,” harapnya.
Dalam sebulan, Rumah Coklat Kulanta mampu mengolah sebanyak 250 Kg biji kakao yang didapat dari kebun-kebun warga di sekitar Desa Labanan Makarti. Bahan baku ini mampu menjadi produk bernilai ekonomis tinggi menjadi coklat bar, kukis coklat dan keripik pisang coklat.
Saat ini Rumah Coklat Kulanta masih memerlukan pendampingan. Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kaltim, telah memasukkan rumah cokelat ini sebagai UMKM binaan yang akan mendapatkan berbagai pelatihan di kemudian hari.
Menanggapi hal ini, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kaltim, Budi Widihartanto mengatakan Kabupaten Berau merupakan salah satu penghasil biji kakao di Kaltim. Namun, ujarnya, industri turunan buah kakaonya tidak tumbuh.
Saat ini, penghasil kakao di Kaltim terbanyak di Kabupaten Kutai Kartanegara, Berau, Mahakam Ulu bahkan Kota Samarinda. Sayangnya, biji kakao kering lebih banyak dikirim ke Provinsi Sulawesi Selatan yang memiliki pabrik pengolahan sejak lama.
Walaupun masih level di kabupaten, namun Budi berharap ini perlu dikembangkan di beberapa kabupaten di Kaltim, yang basisnya memiliki perkebunan kakao. Tercatat, selain di Berau dengan Rumah Coklat Kulanta, di Kabupaten Kutai Kartanegara juga ada UMKM sejenis yaitu Rumah Coklat di Desa Lung Anai, Kecamatan Loa Kulu.
“Seperti kita lihat Rumah Produksi Coklat Kulanta ini telah mampu mengolah produk turunan seperti coklat bubuk, aneka kue dan lainnya. Tinggal bagaimana meningkatkan kualitas produk, pengemasan, perijinan BPOM, sertifikasi halal dan lainnya. Ini yang perlu menjadi dukungan kita bersama,” ucapnya.(yul)