Poskaltim.id, Maratua — Potensi Energi Baru Terbarukan (EBT) yang dimiliki oleh Kalimantan Timur, harusnya dapat mulai dikembangkan sebagai energi pendamping di masa depan, selain energi migas dan batu bara, yang berasal dari fosil.
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kaltim, Tutuk SH Cahyono mengatakan Kaltim sangat kaya akan sumber daya alam energi baru terbarukan yang lebih murah dan ramah lingkungan (green energy).
“Kaltim memiliki sumber air yang melimpah di Sungai Mahakam sebagai pembangkit listrik tenaga air (makro dan mikro hydro). Begitupun dengan matahari yang sangat melimpah untuk listrik energi matahari,” ujarnya saat acara pembukaan Capacity Building Wartawan Ekonomi dan Bisnis Kaltim, yang berlangsung di Pulau Maratua, Kabupaten Derawan, Provinsi Kaltim, 5-7 November 2021.
Dikatakan Tutuk, sumber daya alam berupa minyak dan gas bumi yang dimiliki oleh Kaltim memang pernah berjaya dan berkontribusi besar untuk kemajuan perekonomian nasional sejak tahun 1950-an.
Setelah puluhan tahun di eksplorasi, migas tersebut semakin turun produksinya setiap tahun. Energi migas ini kemudian digantikan oleh bahan galian batu bara yang booming sejak dua dekade terakhir.
Digambarkan Tutuk, jika trend dunia saat ini terus mengangkat isu-isu yang berhubungan dengan emisi karbon, pemanasan global dan komitmen dunia untuk mengurangi pemanasan global hingga 1,5 derajat celcius di tahun 2030.

“Isu besarnya adalah jangka pendek kita akan menikmati batu bara, namun menengah-panjang mereka (negara-negara importir batu bara Indonesia)sudah membuat map zero emission carbon di 2050,” jelas Tutuk yang mendapatkan promosi jabatan ke Beijing, China.
Kepala kantor Bank Indonesia Provinsi Kaltim yang sejak September 2019 telah berkantor di Samarinda ini menjelaskan, jika permintaan batu bara dari Indonesia, termasuk Kaltim sebagai produsen akan stagnan di masa depan.
Untuk menyiasatinya pemerintah daerah haruslah membuat industri hilirisasi dengan variasi produk turunan yang lebih bernilai ekonomis dan diperlukan oleh luar negeri.
“Selain (memulai) Energi Baru Terbarukan Kaltim juga harus mampu bertransformasi dari sumber daya alam migas dan batu bara kepada sektor perkebunan kelapa sawit serta sektor pariwisata dan ekonomi kreatif,” tegas Tutuk.
Pulau Maratua merupakan pulau terluar Indonesia yang berbatasan laut di sisi Kabupaten Berau, Provinsi Kaltim. Luas pulau berbentuk huruf “U” tajam ini memiliki luas daratan mencapai 834,26 meter persegi dan luas perairan 3.735 Kilometer persegi.
Fasilitas listrik di Pulau Maratua ini hanya umumnya hanya menyala pada malam hari atau sejak petang hari hingga pagi di keesokan harinya. Sedangkan pada siang hari listrik dipadamkan.
Energi baru terbarukan harusnya dapat menjawab permasalahan pulau indah ini dengan memanfaatkan energi surya atau matahari (solar cell), energi angin hingga mungkin juga tersedia energy ombak atau wave energy. (Penulis: Yuliawan Andrianto)