Poskaltim.id, Samarinda – Persaudaraan Dharma Wanita Buddha Maitreya Indonesia (Permata Bumi), Buddhist Centre Mahavihara Sejahtera Samarinda Kalimantan Timur, mengadakan kegiatan bakti sosial dalam rangka memperingati Hari Raya Waisak. Kegiatan ini dilaksanakan di Joint Adulam Ministry (JAM) Jalan Ulin, Rimba Kelurahan Karang Anyar Kecamatan Sungai Kunjang Samarinda, pada Minggu (21/5/2023).
Ketua Yayasan Buddhist Centre Kaltim, Hendri Suwito menerangkan Bakti Sosial diawali senam bersama di Mahavihara Sejahtera Maitreya Buddhist Centre Jalan D.I Panjaitan Mugirejo Samarinda.
“Kemudian dilanjutkan dengan mengunjungi Joint Adulam Ministry (JAM) untuk makan siang bersama dan dilanjutkan dengan penyerahan paket sembako, perlengkapan kebersihan seperti sapu, sekop serta beberapa perlengkapan lainnya,” ujar Hendri pada Senin (22/5/2023).
Pandita Hendri Suwito mengutarakan kunjungan dan memberikan bantuan ke Panti JAM berjuluk “Panti Stress” untuk rehabilitasi mental.
“Mereka dari Panti JAM sudah 24 tahun melayani tekanan mental. Kita patut syukuri di panti dan banyak tempat harus dapat perhatian yang sama. Kita akan fokus bagaimana memanusiakan mereka. Hanya me-manusiakan membuat kita bermakna bernilai dalam hidup,” ujarnya.
Pandita Hendri menjelaskan penghuni JAM terdapat 140 orang dengan berbagai tingkat kesembuhan. Mulai dari stres berat hingga yang tinggal menunggu keikhlasan keluarga untuk menerima kembali anggota keluarga mereka.
Sementara itu, pengelola panti JAM, Rina menjelaskan ada penghuni yang sudah bisa pulang tapi menunggu pihak keluarga. Karena rehabilitasi mental di panti telah berhasil menyembuhkan mereka.
“Kami harapkan pihak terkait bisa memfasilitasi karena kondisi yayasan dan daya tampung kurang memadai dari aspek kesehatan dan lainnya,” ujarnya.
Pengurus Persaudaraan Dharma Wanita Buddha Maitreya Indonesia (Permatabumi), Metta mendampingi Ketua Permata Bumi, Indriyanti Bd.s sangat mengapresiasi para pengurus dan berbagai kegiatan JAM.
“Untung ada mereka, yang mau mengurus saudara-saudara kita yang terganggu mentalnya. Kami berbaur dengan mereka, berjoget dan bernyanyi bersama. Kami tidak berkomunikasi langsung, pengurus yang menjadi penghubung, dan mengarahkan mereka,” tutur Metta.(Ven)