Breaking News

Pengguna Media Sosial Tinggi, Namun Literasi masih Rendah

Poskaltim.id, Samarinda — Kegiatan Ngobrol Pintar Cara Orang Indonesia (Ngopi Coi) Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) bekerjasama dengan Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Sulawesi Utara, menyelenggarakan kegiatan terakhir Bidang Media Massa.

Tema Ngopi Coi ini adalah “Saring Baru Posting, Bersama Cegah Radikalisme dan Terorisme di Media Sosial” dengan pembicara Ketua Dewan Pers periode 2016-2019, Josep Adi Prasetyo. Stanley. Selain itu hadir pula praktisi film Annisa Putri Ayudya dan Sha Ine Febriyanti.

Kemajuan teknologi informasi di Indonesia tidak dibarengi dengan literasi masyarakat. Distrubsi informasi menjadikan masyarakat yang tidak siap, akan menjadi gagap, kesulitan membedakan informasi yang benar dan yang salah.

“Situasi ini menjadi parah dengan kebiasaan masyarakat Indonesia yang latah dengan sering membagikan informasi yang salah tanpa kepada orang lain tanpa cek dan verifikasi kebenaran sumber informasi tersebut,” ujar Plt Kasi Masyarakat Badan Nasional Penanggulangan Terorisme, Maira Himandhani, Kamis (26/8/2021).

Maira yang mewakili Direktur Deradikalisasi ini menyampaikan, hasil survey nasional tentang Daya Tangkal Masyarakat terhadap Radikalisme-Terorisme tahun 2017-2018 sebesar 42,57 dengan kategori sedang.

Plt Kasi Masyarakat Badan Nasional Penanggulangan Terorisme, Maira Himandhani saat memberikan sambutan dalam Ngopi Coi bersama FKPT Sulut.

Sementara itu, hingga tahun ini Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) RI telah menemukan 13.023 konten negatif dan langsung memblokir ribuan konten tersebut.

Pada survei nasional terhadap penggunaan media sosial di masyarakat, penggunaannya masih masuk dalam kategori sedang yaitu pada angka 3.109,89. Kriteria ini merupakan cara masyarakat dalam mengakses media sosial untuk mencari konten agama.

“Masih tingginya penggunaan media sosial di masyarakat ini tidak dibarengi dengan literasi terhadap bagaimana menggunakan media sosial dengan baik dan benar. Ini juga menjadi tantangan sekaligus peluang emas karena dari informasi di media sosial ini dapat masuk paham radikalisme dan terorisme. Namun juga dapat dimanfaatkan untuk melawan narasi-narasi negatif tentang radikalisme dan terorisme,” tegas Maira.

Sementara itu, jurnalis senior di Sulawesi Utara yang juga menjadi pembicara Fernando Lumowa mengatakan jurnalis di Sulawesi Utara sudah berupaya mengkonstruksi pemberitaan yang sesuai dengan kaidah-kaidah  jurnalistik. 

”Dalam membuat berita kami sudah memperhatikan unsur edukasi, kemanusiaan. Termasuk secara cermat memberitakan berita-berita yang mengandung unsur SARA agar tidak mengganggu kerukunan masyarakat,” ucapnya.(YA)

About Redaksi

Check Also

Pemkot Samarinda Akan Dirikan SPBU Khusus Kendaraan Dinas

Poskaltim.id, Samarinda – Kendaraan berplat nomor polisi merah milik  Aparatur Sipil Negara (ASN) Kota Samarinda …

Bupati Kutim Tegaskan Tak Bedakan Media Lokal dan Nasional

Poskaltim.id, Kutai Timur — Bupati Kutai Timur,  Ardiansyah Sulaiman menegaskan tidak akan membedakan antara media …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *