Poskaltim.id, Samarinda –- Tangan-tangan menari terampil lincah memahat di atas batu. Batu keras menjadi kanvas bagi sebagian anggota di komunitas d’Maskers Samarinda. Sebagian anggota lainnya tengah mengerjakan batik tangan. Batik yang dikerjakan secara tradisional ini juga menjadi andalan di D’Maskers.
Komunitas Masyarakat Kreatif atau disingkat D’Maskers ini beralamat di jalan Suwandi 6 Samarinda. Anggotanya biasanya hanya mengerjakan pesanan setelah adanya order dari konsumen.
Komunitas yang mengkhususkan pada pengembangan seni kerajinan batik tulis, khususnya batik khas Dayak, seni ukir kayu, ukir batu, dan berbagai produk olahan dari bambu.
Adalah Prih Sugiyatno yang menjadi Ketua Komunitas D’Masker Samarinda mengatakan saat ini komunitasnya beranggotakan 15 orang seniman pengrajin. D’Masker yang berdiri 3 tahun lalu ini mengerjakan berbagai pesanan dari batik tulis, seni ukir kayu dan batu putih.
Seni ukir batu putih tipe dinding saat ini menjadi primadona pemesanan warga Samarinda dan sekitarnya. Seni ukir batu putih ini bahan bakunya berasal dari batu putih, yang cukup unik karena memiliki sifat yang gampang diukir dan permukaan halus.
Uniknya cara kerja seniman tidak sama dengan cara kerja pada profesi lainnya. Misalnya saja, ketika mood tidak ada, maka pengerjaan tidak dapat dimulai. Jika suasana hati sedang tidak nyaman dan dipaksakan untuk mengerjakan pesanan, bisa saja karya yang dihasilkan tidak maksimal.
“Pengerjaan seni ukir batu putih memerlukan perasaan dan penjiwaan, sehingga hasilnya berbeda dan memiliki nilai seni yang tinggi jika dipandang,” ujar Prih sapaan akrabnya saat dijumpai di workshopnya pada, Selasa (25/01/2022).
Soal harga, seniman pensiunan guru seni SMPN 2 Samarinda ini, mengungkapkan karya seni ukir batu dinding dihargai rata-rata Rp 1 Juta per meter persegi. Harga ini dikarenakan pengerjaan yang butuh ketelitian dan suasana hati tersebut. Jika suasana hati lagi baik, satu karya batu ukir bias selesai dalam 2 hari. Namun, jika mood tidak baik, satu karya seni batu ukir bias selesai dalam satu minggu kadang lebih.
Dijelaskan Prih, saat ini di Samarinda belum memiliki Galeri batu putih yang khusus memamerkan hasil kerajinan tersebut, hampir setiap perajin memamerkan hasil kerajinannya dengan memajang di tempat pembuatannya.
Pria berusia 56 tahun ini pun berharap ada sebuah galeri batu di kota Samarinda. Dengan hadirnya galeri ini diharapkan masyarakat dapat mengenal kerajinan tersebut. Nilai seninya dapat dinikmati, dengan begitu harga jual kerajinan batu putih ini dapat ditingkatkan serta karya seni yang terkandung dapat dirasakan.
“Jika ada galeri, para peminat seni ini pun dapat dengan leluasa melihat serta menghayati hasil seni ukir batu putih ini, melihat hasil karya seni maka akan melihat kehidupan, istilahnya berdialog dengan karya seni atau karya berbicara,” harap pria dengan 1 anak dan 4 cucu ini.
Karena bekerja sesuai pesanan saja maka tidak setiap hari ada anggota yang bekerja di workshopnya. Pemesanan karya seni produk D’masker seperti batik tulis, ukir kayu, ukir batu, dan berbagai produk olahan dari bambu dapat menghubungi Prih Sugiyatno di workshop D’Maskers Jalan Suwandi VI Samarinda.(Penulis :Heldi)