Durian Lai, Buah yang tidak Berbau Tajam Menusuk Hidung

“Jika buah durian yang berjuluk Si Raja Buah memiliki kandungan alcohol tinggi dan berbau sangat menyengat, berbeda dengan si Durian Lai yang cantik nan eksotik dengan warna kuning pekat mirip matahari terbenam”

Samarinda, Poskaltim.com, Saat musim buah-buahan tiba, biasanya kemunculan “si raja buah” bernama durian tidak ketinggalan menjadi primadona yang kerap diburu oleh penggemarnya.

Dari puluhan spesies durian yang terdapat di Asia Tenggara, durian dari hutan Kalimantanlah yang memiliki variasi durian paling banyak di dunia. Tercatat, enam macam durian yang kerap muncul di pasar-pasar Asia tenggara karena memiliki nilai jual yang beragam dari mahal hingga langka sekalipun.

King of Fruit yang umum dikenal oleh masyarakat Indonesia adalah buah durian Durio zhibethinus, nama latin dari durian yang kerap kita temui dengan beragam nama belakang. Ada Durian Mawar, Durian Buaya, Durian Petruk, Durian Monthong, hingga Durian Musang King yang sangat terkenal di Malaysia.

Jenis durian lainnya yang masih bisa dikonsumsi dan masih memiliki nilai jual diantaranya Durian Lai (Durio kuthejensis), Durian Keratungan atau Keratongan (Durio oxleyanus), Durian Kura-Kura atau Kekura (Durio testudinarius), Durian Lahung atau disebut Durio dulcis dan Durian Merah atau Durio graveolens.

Kali ini kita akan membahas tentang Durian Lai yang paling banyak dikonsumsi masyarakat setelah Durio zhibethinus atau si King of Fruit. Durian Lai tumbuh subur di hutan Kalimantan, tersebar juga di Serawak, Sabah dan Brunai Darussalam.

Durian Lai memiliki beberapa nama lokal seperti papakin, pampakin, pulu, tinggang ataupun durian kuning yang merujuk pada warna kulitnya yang kuning cenderung kejingga-jinggan.

Jika menilik dari nama ilmiah yang disematkan pada Durian Lai ini yaitu kuthejensis yang berarti berasal dari tanah Kutai, salah satu kabupaten di Kalimanatan Timur yang saat ini telah terpecah menjadi empat daerah otonomi baru sejak era otonomi digulirkan pada tahun 1999 lalu.

Durian yang terkenal memiliki kualitas rasa, ukuran buah dan tekstur daging terbaik berasal dari Desa Batuah, Kecamatan Loa Janan, Kabupaten Kutai Kartanegara, yang merupakan induk dari seluruh kabupaten yang terpecah tersebut.

Petani-petani penangkar disini telah terampil menjaga plasma nutfah yang mereka miliki hingga memproduksi bibit-bibit pohon yang mereka hasilkan tetap terjaga variasi dan kualitasnya.

Petani disini telah memberikan sejumlah nama dari hasil budidaya Durian Lai mereka. Ada Lai Batuah, Lai Rencong, Lai Nangka, Lai Kayan serta Lai Mas dan Lai Mahakam. Semuanya memiliki kekhasan masing-masing yang menjadikan Lai ini sangat digemari untuk ditanam dan dimakan bersama “sang kakak si durian.”

Kepala Dinas Pangan, Tanaman Pangan dan Hortikultura Kaltim, Dr. Ir Ibrahim mengatakan bahwa Lai merupakan durian yang memiliki nilai ekonomi yang cukup tinggi di pasaran, berada setingkat dibawah sang kakak si raja buah.
Sehingga, pihaknya terus membina para penangkar di Desa Batuah dan sekitarnya secara berkelanjutan agar buah-buah yang dihasilkan kelak tetap memiliki rasa dan kualitas yang sama dengan induknya.

“Mereka (para petani) memang telah mendapatkan pelatihan bagaimana cara menghsilkan bibit yang sli sama dengan pohon indukannya. Selain itu petani juga telah pandai memilah dan memberikan nama sesuai dengan keunggulan buah yang dihasilkan,” ujarnya.

Urusan harga jual, buah Lai dengan ukuran terkecil sekitar 500-600 gram, buah Lai umumnya dihargai antara Rp15.000 hingga Rp20.000 saja. Ukuran yang lebih besar Rp25.000 hingga Rp35.000. Harga ini tentu lebih murah ketimbang sang durian yang dapat dihargai hingga ratusan ribu rupiah per butirnya.

Soal rasa si durian orange ini, tentu juga sangat manis seperti halnya durian. Namun uniknya, buah Lai hanya memiliki kandungan alkohol dan senyawa lain yang rendah. Sehingga buah Lai tidak menyebabkan bau menyengat, tidak menyebabkan kolesterol naik, tidak memiliki rasa pahit apabila terlalu matang akibat meningkatnya alkohol buah.

Tekstur buah terasa lebih kering dan lebih pulen. Sehingga ketika disantap, daging buah tidak selumer daging buah durian. Lai dengan kualitas baik, buahnya juga tebal dengan biji berwarna merah kecokelatan. Berbeda dengan biji durian yang cenderung berwarna putih hingga krem.

Saat musim buah yang jatuh sejak penghujung tahun 2018 lalu, hingga bulan Maret 2019, buah lai masih mudah ditemukan di pasar-pasar tradisional. Pun demikian di toko buah dan pedagang buah yang kerap menggunakan mobil-mobil bak terbuka untuk tempat pajangan mereka.

Jika berkunjung ke Kalimantan, khususnya Kota Samarinda dan Desa Loa Janan, Kutai Kartanegara, jangan lupa untuk mencicipi buah Lai nan eksotis ini. Dijamin, siapapun yang baru pertamakali memakannya akan terkejut manakala daging buah yang lembut tanpa bau dan berasa manis ini meluncur ke dalam tenggorokan.

Bahkan, penyayi Via Vallens yang baru pertamakali mencicipi buah berwarna kuning ini, langsung jatuh cinta dan menyatakan kesukaannya pada buah ini.

“Saya sangat suka ketika makan buah ini. Saya berharap, ada penggemar saya yang suatu saat membawakan buh Lai untuk saya,” ucap Via Vallens ketika meet and great dengan penggemarnya beberapa waktu lalu.(YAN/https://poskaltim.com/durian-lai-si-eksotis-yang-tidak-berbau-tajam/

About Redaksi

Check Also

Manjakan Nasabah, CIMB Niaga Gelar Konser Kejar Mimpi untuk Indonesia di Samarinda

Poskaltim.id, Samarinda – PT Bank CIMB Niaga Tbk (CIMB Niaga) akan menggelar Konser Kejar Mimpi …

Warga Samarinda Mendadak Jutawan dari Tutup Botol Ichitan

Poskaltim.id, Samarinda —  Marwana atau yang akrab disapa Ana (30 tahun) tidak pernah menyangka menjadi …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *