Poskaltim.id, Anggana, Kukar – Tingginya permintaan ekspor kepiting bakau dari beberapa negara tetangga, Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) melalui Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa (DPMPD) peningkatan produksi kepiting bakau di Kecamatan Anggana, Kabupaten Kutai Kartanegara.
“Kecamatan Anggana merupakan kawasan penghasil kepiting bakau dan sebelumnya sudah merambah pasar ekspor,” ujar Penggerak Swadaya Masyarakat Ahli Muda Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa (DPMPD) Provinsi Kaltim, Helvin Syahruddin di Samarinda, Jumat (11/11/2022).
Dijelaskan Hevlin, meski Kecamatan Anggana mampu mengekspor kepiting hingga ke Singapura, Hong Kong, Jepang, dan Australia, namun petani pembudidaya masih belum mampu memenuhi tingginya permintaan pasar internasional tersebut.
Beberapa kendala ekspor diantaranya belum terjaganya kualitas kepiting seperti ukuran standar minimal 12 cm. Kendala ini dikarenakan kepiting yang ditangkap di alam bervariasi ukurannya. Untuk mengatasi kendala ukuran ini maka DPMPD melakukan upaya pelatihan bagi petani untuk memanfaatkan teknologi tepat guna (TTG) dalam pembudidayaan kepiting bakau tersebut.
“Kalau dibudidayakan peternak akan tahu ukurannya sudah standar atau belum. Dengan begitu ukuran yang diminta Negara-negara tujuan ekspor dapat dipenuhi karena kepitingnya dapat dipantau pertumbuhannya,” jelasnya.
Menurut data, Kecamatan Anggana pada 2021 mengekspor kepiting bakau sebanyak 1.800 ton ke berbagai Negara. Angka ini menjadi peluang besar bagi warga setempat untuk terus mengembangkan budidaya kepiting ketimbang menangkapnya langsung di alam.
Ekspor kepiting bakau dari Anggana ke sejumlah negara tujuan tersebut sempat anjlok pada 2020 akibat pandemi Covid-19. Apalagi saat itu juga sempat ada kekhawatiran virus Covid-19 bisa menular melalui ikan dan kepiting yang dikirim antarnegara.
Dijelaskan Hevlin, tahun 2020, ekspor kepiting bakau dari Anggana hanya 195 ton, namun tahun 2021 naik menjadi 1.800 ton, pembudidaya bersama nelayan dan eksportir kepiting bangkit dari keterpurukan, sehingga ekspor kepiting pada Januari-Agustus 2022 baru tercatat 895 ton.
Melalui pelatihan budidaya kepiting bakau yang dikemas dalam Workshop TTG selama tujuh hari mulai 7-13 November ini, maka masyarakat sekitar bisa lebih meningkatkan produktivitas kepiting, karena tidak hanya budidaya di tambak dan mengambil dari alam atau dari hutan bakau, tapi budidaya dengan cara modern di lahan sempit sekalipun.
“Budi daya secara modern ini adalah sistem hidroponik, yakni sistem budidaya kepiting yang bisa dilakukan di ruang terbatas sekalipun, baik di ruang terbuka maupun ruang tertutup. Melalui sistem ini, maka kualitas dan ukuran bisa diatur dan dilakukan secara berkelanjutan,” jelas Helvin.(adv/dpmpdkaltim)