Poskaltim.id, Samarinda — Tim Pengabdian Masyarakat Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Samarinda (POLNES) melakukan evaluasi kelaikan terhadap salah satu bangunan gedung yang ada di SMKN 2 Samarinda.
Dari banyaknya kerusakan fisik yang terlihat secara kasat mata atau visual, tim dosen yang terdiri dari Sujiati Jepriani, ST., M.Eng, Yudi Pranoto, ST., M.Eng dan Bernardo S. Salasa, ST.,MT, merekomendasikan agar gedung tersebut tidak boleh dipakai lagi karena berpotensi runtuh.
“Keretakan yang terjadi di kolom serta lebar keretakan lebih dari 1 cm mengindikasikan bangunan tidak lagi mampu menopang beban dan berpotensi roboh,” ujar Sujiati pada Rabu (7/9/2022).
Ditambahkan Sujiati, berdasarkan pengamatan secara visual, kondisi bangunan gedung workshop atau bengkel terlihat sangat memprihatinkan dan tergolong sudah membahayakan. Banyak dinding, kolom dan balok yang retak bahkan sampai ada yang pecah serta bangunan mulai terlihat miring.
“Pengamatan secara visual menjadi dasar awal bagi Tim POLNES dalam melakukan evaluasi terhadap bangunan dan selanjutnya akan dianalisis menggunakan program Structural Analysis Program (SAP) 2000,” jelasnya.
Saat evaluasi gedung, tim POLNES didampingi oleh Kepala Sekolah SMKN 2 Samarinda Dwi Sari Harumingtyas, S.Pd.Bio., M.Pd dan Ketua Program Studi Studi Bisnis Konstruksi dan Properti serta beberapa guru SMKN 2 Samarinda.
“Untuk saat ini kami merekomendasikan agar segala aktivitas yang biasa dilaksanakan pada gedung workshop atau bengkel Program Studi Bisnis Konstruksi dan Properti SMKN 2 Samarinda ini ditiadakan. Karena bangunan dalam kondisi yang mengkhawatirkan dan sewaktu-waktu bisa roboh,” tegas Sujiati.
Sementara itu, Kepala Sekolah SMKN 2 Samarinda Dwi Sari Harumingtyas sangat mengapresiasi hasil evaluasi dan rekomendasi yang disampaikan oleh TIM Pengabdian POLNES ini. Pihak sekolah, ujarnya akan mengikuti saran dan masukan tim POLNES untuk meniadakan kegiatan di gedung tersebut hingga mendapatkan perbaikan ataupun dibangun ulang.
Dwi Sari juga sangat berharap ada perhatian dan upaya dari Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur terhadap perbaikan dan pembangunan gedung workshop tersebut agar kegiatan belajar mengajar dapat kembali berjalan dengan lancar.
“Memang usia gedung workshop ini sudah berusia 40 tahunan. Perbaikan kecil pernah kami lakukan namun karena sudah termakan usia maka seperti evaluasi tim POLNES, gedung sudah tidak layak pakai dan berpotensi runtuh sewaktu-waktu. Atas rekomendasi dan evaluasi tim POLNES kami akan pindahkan kegiatan praktik ke bengkel lain,” harap Dwi Sari.(Editor: Yuliawan Andrianto/adv)