Poskaltim.id, Samarinda – “Tradisi Penyeberangan” etnis Tionghoa yang dilaksanakan pada bulan ketujuh Imlek, rutin dilaksanakan oleh aliran Buddha Tantrayana (Zhen Fo Zong). Sebelumnya kegiatan serupa sempat terhenti karena Covid-19. Kegiatan ini kembali digelar di Vihara Vijaya Citta Samarinda di Jalan Mulawarman pada Sabtu (23/7/2022).
Master Acarya Lian Yang,menjelaskan setiap agama Buddha memiliki acara penyeberangan. Dalam etnis Tionghoa aliran Buddha Tantrayana, yang dirintis oleh Lian Sheng di Chiayi Taiwan sejak tahun 1986, adalah misi menjabarkan dharma ajaran Buddha yang benar dan menyeberangkan para insan serta menuntun para insan agar terlepas dari lingkaran samsara hidup dan mati.
Master Acarya Lian Yang mengatakan, upacara ulambana ini berasal dari sejarahnya seorang murid bernama Ariya Moggallana yang melakukan meditasi dan melihat ibundanya menderita di alam setan dan kelaparan karena melakukan perbuatan buruk semasa hidupnya.
“Dengan kekuatan yang dimiliki, Ariya Moggallana berusaha membuka pintu neraka untuk memberi makan, namun makanan tersebut selalu berubah menjadi api,”jelasnya.
Karena keputus asaan Ariya Moggallana kembali ke alam murni, dan memohon petunjuk untuk menyelamatkan ibundanya pada Buddha sakyamuni. Dengan petunjuk yang diberikan, di kumpulkanlah para sangha Buddha untuk melakukan doa bersama dengan memberikan persembahan dana. Melimpahkan jasa persembahan makan dan jasa pahala pada ibunya agar terlepas dari penderitaan.
“Sehingga pada saat upacara berlangsung, api neraka seketika padam. Dan tubuh ibunda terbelah dan terlahir kembali pada alam yang lebih baik,” ujarnya.
Kegiatan upacara ini rutin dilaksanakan pada tiap tahun, untuk melestarikan budaya Budha sehingga dapat memberikan manfaat bakti seorang anak pada ibunya dan membantu menyelamatkan para makhluk yang terjatuh pada tiga alam samsara. Sehingga manusia dapat terlahir pada alam yang terbaik. Tradisi ulambana ini juga bertujuan untuk menghimbau umat agar dapat membaca mantra balas budi pada orang tua selama satu bulan pada bulan tujuh lunar.
“Dengan membaca mantra jasa pahala yang didapatkan mampu membantu orang tua yang meninggal menuju ke alam yang lebih baik. Untuk orang tua yang masih hidup diharapkan mendapatkan umur panjang,” pungkasnya.
Master Acarya Lian Yang juga berharap, dengan upacara ini dapat memberikan manfaat pada umat Buddha di Samarinda. Dengan wujud cinta yang diberikan kepada orang tua, kegiatan ini juga dapat membantu mendoakan keluarga yang sakit dan yang meninggal untuk dapat diseberangkan.(Penulis : Ria Atia Dewi)