Catatan Rizal Effendi
RESEPSI pernikahan bertabur buah dan sayur. Itu dilakukan pasangan Doris Eko Rian Desyanto, SE dengan Rahmatia, SM, MM. Mereka menggelar pernikahan dan resepsi di Balikpapan Sport and Convention Center (Dome) Balikpapan, Sabtu (13/9/2025).
Saya datang bersama rekan Zaenal Abidin, juga bareng mantan ketua DPRD Balikpapan Andi Burhanuddin Solong (ABS) dan mantan anggota DPRD Kaltim Ir Adam Sinte, yang juga ketua Kerukunan Keluarga Sulawesi Selatan (KKSS) Balikpapan. Kebetulan mempelai wanita, Tia berdarah Bugis. Dia putri kedua dari H Muhammad Sulhan (H Rahim) dan Hj Appe. Sedang mempelai pria, Doris berdarah Jawa Madura, putra pertama keluarga Iskandar (alm) dan Ibu Riati Tunggal Dewi.
Yang menarik kedua pasangan ini sama-sama anggota DPRD Balikpapan. Doris anggota Dewan dari Partai Golkar. Sedang Tia anggota Dewan dari Partai Gerindra. “Ini yang namanya koalisi permanen,” kata rekan-rekannya, yang datang bersama ketua Dewan, Alwi Al Qadri setengah bercanda.
Tidak saja anggota DPRD Balikpapan yang datang, juga sejumlah anggota DPRD Kaltim. Di antaranya mantan ketua DPRD Balikpapan Abdulloh, yang sekarang menjadi ketua Komisi III DPRD Kaltim. Abdulloh datang bersama istrinya, Hj Yuliati Endah Sari. Saya pulang duluan jadi tak sempat melihat pejabat dan tokoh lain yang hadir. Apalagi undangan sangat banyak sekali.
Ketika memasuki gedung, kedua mempelai disambut tarian paduppa. Ini memang tarian tradisional dari masyarakat Bugis-Makassar yang dipersembahkan sebagai tarian selamat datang untuk menyambut tamu kehormatan. Sang mempelai yang mengenakan baju khas Bugis itu tampak serasi melangkah perlahan sampai melambaikan tangan kepada undangan yang berdiri di sisi kiri dan kanan.
Pemandu acaranya Riri, yang saat ini sudah bermukim di Bali. Dia duet bersama Reval, protokol dari Pemkot Balikpapan. Dalam acara sebelumnya pranikah, MC Dani juga ikut memandu penuh ceria.
Setelah memberikan ucapan selamat, saya diajak Pak Adam menikmati salah satu sajian khas masyarakat Bugis yaitu sokko mandoti dan nasu likku. Saya sangat bersemangat.
Sokko Mandoti atau lengkapnya Sokko Pulu Mandoti adalah makanan tradisional khas masyarakat Massenrempulu, khususnya dari Enrekang yang terbuat dari beras ketan wangi lokal bernama Pulu Mandoti. Sedang Nasu Likku adalah ayam kampung yang dimasak dengan berbagai rempah-rempah khas, serta parutan lengkuas muda.
Pak Adam dan saya sama-sama suka ketan. Baik ketan putih maupun ketan merah. “Pulu Mandoti adalah jenis beras ketan wangi yang hanya bisa tumbuh di daerah pegunungan Enrekang, khususnya di Desa Salukanan dan Kendenan,” kata Ketua KKSS Balikpapan itu.
Wah saya lahap sekali menikmati sokko mandoti dengan nasu likku. Kalau tidak malu, pinginnya mau menambah. Apalagi minumnya kita diberi jus buah naga.

Yang membuat saya senang dan takjub, suasana Dome dikemas Doris dan Tia penuh hiasan aneka sayur dan buah. Maklum orang tua Tia dikenal sebagai juragan sayur dan buah di Pasar Klandasan. Sampai ada yang bilang: “Wah, hari ini stok sayur dan buah di Pasar Klandasan bisa habis kalau melihat dekorasi di sini,” kata sejumlah undangan yang datang ke Dome tersenyum.
Di bagian pintu depan Dome, undangan disambut dengan gunungan sayur dan buah yang cukup tinggi. Saya lihat jenis sayur dan buahnya beragam. Ada lombok merah, kacang panjang, terong, wortel, pare, timun, pisang, jeruk, kentang, jagung, kol, labu merah dan putih, tomat, buah naga sampai nenas. Semuanya segar-segar.
Gunungan biasanya kita lihat dalam acara Grebeg Keraton Yogyakarta, yang dinarasikan sebagai simbol dari kemakmuran. Dalam satu tahun biasanya Keraton Yogyakarta menggelar tiga kali upacara grebeg yaitu Grebeg Maulud, Grebeg Syawal, dan Grebeg Besar.

Di akhir acara gunungan itu diperebutkan warga. Yang mendapatkan sayur atau buah itu pertanda mendapat berkah. Makanya dalam perebutan semuanya penuh keceriaan, tak ada yang marah meski tergencet dan berdesak-desakan. Makin banyak dapat buah dan sayur, makin banyak berkahnya.
Di depan panggung mempelai, juga semua dihiasi dengan sayur dan buah-buahan dari jenis yang sama. Sangat meriah dan penuh warna. Sebagian undangan mengaku takjub karena biasanya dekor pengantin penuh dengan aroma bunga bukan sayur dan buah.
Di atas meja undangan kehormatan (VIP) juga ada hiasan buah dan sayur. Ada kacang panjangnya dan terong. Dan ketika undangan pulang, cenderamatanya juga sekeranjang buah dan sayur. Semuanya yang datang sangat bahagia dan merasa dapat hadiah yang surprised.(*)
PosKaltim.id Informatif dan Mencerdaskan