Poskaltim.id, Riau — Belantara Foundation bekerja sama dengan Kesatuan Pengelola Hutan Produksi (KPHP) Minas Tahura dan Kelompok Tani Hutan Sultan Syarif Hasyim (KTH SSH) serta pemangku kepentingan setempat mengajak mitra sektor swasta jepang, yaitu Vanfu melakukan penanaman bibit pohon secara simbolis di kawasan Tahura SSH, Provinsi Riau pada Rabu, 21 Agustus 2024.
Penanaman simbolis yang didukung oleh APP Japan Ltd. – APP Group ini, secara khusus diselenggarakan dalam rangka menyemarakkan Hari Konservasi Alam Nasional (HKAN) yang diperingati pada 10 Agustus setiap tahunnya.
Jenis bibit pohon yang digunakan adalah balangeran (Shorea balangeran). Jenis tersebut termasuk dalam kategori pohon langka yang perlu dilestarikan.
Panel Antarpemerintah untuk Perubahan Iklim (IPCC) dari Persatuan Bangsa Bangsa (PBB) menerbitkan Laporan Sintesis atas Laporan Penilaian Keenam mengenai situasi iklim terkini pada tahun 2023. Dalam laporan tersebut memperingatkan bahwa pemanasan global di abad ini telah mencapai 1,1 derajat celcius dan akan melampaui batas 1,5 derajat celcius jika tidak ada penurunan drastis pada emisi gas rumah kaca (GRK). Bagi banyak negara, perubahan iklim telah terlihat dan seringkali melanda masyarakat yang paling rentan.
Direktur Eksekutif Belantara Foundation, Dr. Dolly Priatna mengatakan saat ini dunia sedang menghadapi krisis lingkungan yang dikenal sebagai triple planetary crisis, yang meliputi perubahan iklim, polusi dan ancaman kehilangan keanekaragaman hayati.
“Sudah banyak studi membuktikan bahwa perubahan iklim menjadi salah satu penyebab kehilangan keanekaragaman hayati global. Oleh karenanya mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim perlu diselaraskan dengan aksi-aksi lain untuk mencegah polusi dan hilangnya keanekaragaman hayati,” ujarnya.
Lanjutnya, salah satu aksi kecil namun berdampak besar adalah menanam dan merawat pohon, karena dapat membantu mengatasi triple planetary crisis secara paralel.
“Sesuai dengan misi dari UNSDGs yaitu No one left behind dalam mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan, kami menggunakan pendekatan kolaborasi multipihak, salah satunya dengan mengajak mitra sektor swasta dari Jepang untuk berkontribusi pada pemenuhan Nationally Determined Contribution (NDC) Pemerintah Indonesia untuk pengurangan emisi gas rumah kaca di Indonesia khususnya Pulau Sumatra,” kata Dolly yang juga sebagai pengajar di Sekolah Pascasarjana Universitas Pakuan.
Chief Executive Officer Vanfu, Takayuki Suto menuturkan sebagai individu, secara pribadi ingin melihat permasalahan lingkungan dapat ditangani dengan baik salah satunya dengan cara menanam dan merawat pohon. Sehingga, generasi yang akan datang termasuk generasi anak cucu kita dapat menikmati kehidupan di alam yang lebih lestari dan berkelanjutan.
“Kegiatan penanaman pohon kali ini yang dilakukan bersama Belantara Foundation dan pemangku kepentingan lainnya memberikan kesan dan pembelajaran tersendiri yang amat mendalam sehingga Vanfu akan selalu berupaya untuk mendukung gerakan penanaman pohon ini secara berkelanjutan,” ujar Mr. Suto.
Representative Director APPJ, Tan Ui Sian mengatakan bahwa setelah menjalankan program Forest Restoration Project: SDGs Together bersama APP Group dan Belantara Foundation sejak pertengahan tahun 2020, tingkat kesadaran (awareness) multi-stakeholders di Jepang sudah meningkat tajam, apalagi dengan melihat dampak yang sangat mengkhawatirkan akibat dari perubahan iklim ini.
Di tempat yang sama, Kepala KPHP Minas Tahura, Sri Wilda Hasibuan, S.Sos., M.Si., menjelaskan kawasan Tahura SSH merupakan kawasan konservasi alam yang ditetapkan oleh Menteri Kehutanan pada tahun 1999. Tahura SSH memiliki luas lebih dari 6.000 hektar.
“Sayangnya saat ini sebagian besar wilayah tersebut telah mengalami deforestasi dan degradasi akibat aktivitas ilegal seperti perambahan lahan, pembalakan liar dan lain sebagainya. Kami terus menjaga dan memulihkan fungsi kawasan Tahura SSH melalui kegiatan perlindungan dan restorasi hutan,” ujarnya.(yul/*)