Poskaltim.id, Samarinda – Sungai Mahakam menjadi nama sebuah sungai yang masuk 10 besar sungai di Indonesia yang terletak di provinsi Kalimantan Timur dan bermuara di Selat Makassar.
Sungai dengan panjang sekitar 920 Km ini membelah Kota Samarinda melintasi wilayah Kabupaten Kutai Barat di bagian hulu, hingga Kabupaten Kutai Kartanegara dan Kota Samarinda di bagian hilir.
Sungai Mahakam sejak dulu memiliki peranan penting dalam kehidupan masyarakat di sekitarnya sebagai sumber air, potensi perikanan maupun sebagai prasarana transportasi.
Namun, bahaya pada sungai pun bisa membuat warga sekitar khawatir, salah satunya adalah kelongsoran pada tebing sungai. Kelongsoran ini terjadi karena adanya gerusan yang secara terus menerus pada tebing sungai.
Salah satu kejadian longsoran ini terjadi pada tebing sungai Mahakam yang berada di daerah sekitaran Intake PDAM Teluk Lerong, Samarinda.
“Hari ini kita akan mulai mengadakan pengukuran kedalaman sungai atau kontur sungai Mahakam yang berlokasi di dekat Pom Bensin Karang Asam. Ini sebagai usaha untuk mengetahui di dalam sungai tersebut terjadi kelongsoran atau tidak,” ujar Pramono, SST, MengSc selaku Ketua Tim Pengabdian POLNES, pada Sabtu, 25 September 2021.

Tim Pengabdian diketuai oleh Pramono, SST, MengSc, dan beranggotakan Dr. Insan Kamil, serta Tommy Ekamitra S, PhD. Selain itu juga dibantu oleh tiga orang mahasiswa Polnes, sehingga diharapkan mampu memberikan kontribusi dalam hal perencanaan Pemetaan Profil Dasar Sungai Dengan Alat Batimetri.
Alat Batimetri adalah ukuran dari tinggi rendahnya dasar laut atau sungai. Penggunaan alat ini dapat mengetahui perubahan kondisi hidrografi di suatu tempat, baik laut maupun sungai.
Menurut Purnomo, usaha yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya kelongsoran pada tebing sungai dengan cara melakukan pengukuran, agar tidak terulang kembali kejadian serupa pada tebing sungai.
Dengan beranggotakan tiga orang dan berkolaborasi dengan tiga orang mahasiswa Politeknik Negeri Samarinda, dimulailah pemetaan profil dasar sungai dengan menggunakan alat batimetri.
“Kapalnya bergerak ke arah hulu sungai, pelan-pelan. Jalannya sangat pelan, agar datanya yang bisa diambil memiliki kerapatan gambar,” jelasnya.
Pramono menerangkan data yang didapat adalah sebanyak lebih dari 1.170 titik, yang berarti data kontur sangat rapat.
“Data semakin rapat semakin bagus, dimana nanti gambar kontur bawah sungainya akan terlihat dengan jelas,” ujar Pramono.
Pemetaan juga dilakukan pada bagian tepi sungai atau tebing sungai untuk mengetahui potensi terjadinya kelongsoran tebing. Dengan demikian, akan diketahui potensi kebencanaan yang dapat mengancam lingkungan maupun manusia.
Hafidz, salah satu mahasiswa Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Samarinda mengatakan, pemetaan ini dilakukan juga pada pada lokasi yang telah terjadi kelongsoran, yaitu di bagian tepi yang longsor, kurang lebih pada kedalamannya 5,7 meter sampai 8 meter.
Dalam pelaksanaan kegiatan pengabdian ini tim berasal dari bidang keahliannya. Tim terdiri ketua yaitu satu orang dosen dan dua orang anggota. Tim telah berpengalaman dalam melakukan berbagai kegiatan pengabdian meliputi pembinaan, pelatihan, konsultasi, pendampingan, dan pengembangan pemberdayaan masyarakat.(*/Adv)