Mendesak, Pengelolaan Sampah Warga Teluk Adang

Paser, Poskaltim.id —  Masalah pemukiman yang berada di pinggir sungai, pesisir laut dan di atas air adalah problem sampah rumah tangga. Masalah bertambah rumit karena sampah yang dibuang adalah plastik dan sampah anorganik yang mengancam kelestarian lingkungan.

Problem ini juga yang dialami oleh Desa Teluk Adang, Kecamatan Long Ikis, Kabupaten Paser, Kalimantan Timur. Desa yang telah ada sejak jaman penjajahan Belanda dan telah dimasukkan ke dalam kawasan cagar alam ini, juga mengalami hal yang sama pada masalah sampah rumah tangga.

“Sebenarnya untuk program sampah ini sudah kita programkan ditahun 2020 ini. Tapi terkendala karena pandemi Covid-19. Kita juga sudah minta bantuan kepada perusahaan tetapi ada beberapa persoalan yang masih harus ditindaklanjuti,” jelas Kepala Desa Teluk Adang, Kurniansyah, saat diwawancara pada Sabtu siang (14/11/2020).

Menurutnya, dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa 2020, sudah dianggarkan dana untuk pengelolaan sampah desa dengan rencana pembelian gerobak sampah senilai Rp7,3 juta. Beberapa gerobak dorong berwarna merah ini pun masih terparkir di ruang belakang kantor desa menunggu kegiatan pengelolaan sampah dimulai.

Selain itu, desa di atas air ini juga telah menganggarkan pengadaan mobil pengangkut sampah senilai Rp170 juta, dan rencana program pembangunan bank sampah yang diusulkan pada pihak perusahaan, melalui program  tanggungjawab sosial.

Namun, pihak perusahaan dalam hal ini PT Kideco Jaya Agung, masih menunda bantuan untuk program bank sampah  desa Teluk Adang, karena pihak perusahaan tidak ingin ada anak-anak di bawah umur yang terlibat dalam pengelolaan bank sampah nantinya.

“Rencana kami kan membuat bank sampah. Bank sampah ini nantinya juga akan melibatkan anak-anak untuk turut mengumpulkan sampah yang masih bisa dimanfaatkan, misalnya sampah plastik. Namun, pihak perusahaan tidak ingin melibatkan anak-anak dengan alasan tidak ingin mempekerjakan anak di bawah umur. Padahal niat kita untuk menanamkan pada anak-anak pentingnya menjaga lingkungan sekitar. Jadi hanya beda persepsi saja. Jika ini ada kesepakatan, maka kami akan segera memiliki bank sampah,” jelasnya.

Perumahan di atas air memang kerap menurunkan kesadaran warga dalam mengelola sampah rumah tangga mereka. Karena warga mendapatkan “kemudahan” dalam membuang sampah. Tinggal buka pintu dapur atau jendela, maka sampah akan hanyut ke air. Celakanya, jika yang dibuang adalah sampah anorganik seperti sampah plastik, kaleng dan kaca hingga benda-benda lainnya yang tidak dapat diurai oleh mikroorganisme pengurai.

Masalah sampah warga ini harus dapat segera diatasi karena desa Teluk Adang termasuk dalam 99 desa di Kaltim yang diproyeksikan untuk dapat menjadi desa yang berperan dalam penurunan emisi karbon di Kaltim.

Desa Teluk Adang yang masuk dalam Kampung Iklim Plus ini, memiliki tutupan hutan bakau atau mangrove yang sangat luas, termasuk hutan pohon Gelam atau Galam dan jenis kayu-kayuan lainnya.

Saat berkunjung ke Desa Teluk Adang yang difasilitasi oleh Humas Pemprov Kaltim, hampir setiap rumah warga ditemukan sampah plastik yang mengambang di sela-sela tiang rumah mereka. Masalah sampah ini harus segera ditangani, sehingga tidak “mencederai” program Forest Carbon Partnership Facility-Carbon Fund (FCPF-CF) yang telah beberapa tahun dirintis.(Yuliawan Andrianto)    

About Redaksi

Check Also

Sebanyak 712 Atlet Mengikuti Pemusatan Latihan Menjelang PON XXI Aceh-Sumut

Poskaltim.id, Samarinda – Sebanyak 712 atlet kontingen Provinsi Kalimantan Timur mengikuti Pemusatan Latihan Daerah (Puslatda) …

Bank Indonesia Kaltim Dukung Ketahanan Pangan di Kabupaten Berau

Poskaltim.id, Berau — Di tengah harga beras nasional yang terus beranjak naik, Kalimantan Timur khususnya …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *